Terakhir kali saya menulis tentang keluarga saya di sini,
saya ceritakan bagaimana hecticnya mengurus sebuah resepsi
pernikahan hanya dengan campur tangan tiga orang saja. Tapi toh, kami berhasil
menyelesaikannya dengan sempurna. Hahaha. Lalu, tiba-tiba saya bingung banget di sini ketika saat itu
kedua kakak saya tiba-tiba saling bertunangan. Iya
lho, dua-duanya, dalam dua bulan berturut-turut. Ini fenomena apasih.
Kakak laki-laki saya, Mas Ido, sudah menjalin hubungan
dengan pacarnya sekitar lima tahun. Mulai dari mahasiswa baru sampai sudah jadi
pegawai. Mulai tiap hari kuliah bareng sampai sekarang ldr karena
pekerjaan. Mulai tiap malem minggu ngapel sampai akhirnya saat
peringatan hari jadian mereka yang kelima kemarin, saya jadi tumbal buat beli
hadiah, bunga, dan kasih surprise ke Mba Endah, karena Mas Ido di Jakarta.
Kenapa saya yang jadi korban ya.. ini fenomena apalagi sih.
Sampai akhirnya bulan Mei lalu, Mas saya berani untuk maju
satu langkah ke depan, sebuah pertunangan. Apasih ya kaya lamaran gitu. Setelah
pertemuan demi pertemuan sembari makan malam antara dua keluarga, hari itu, 19
Mei 2014, kami sekeluarga dan rombongan datang ke rumah Mba Endah. Lengkap
dengan segala bawaan untuk melamar anak orang, berakhirlah acara siang itu
dengan cincin palladium di jari mereka. Yap. Kakak laki-laki saya yang biasa
jadi teman adu kekuatan (read: berantem) udah berani ngelamar anak orang aja.
Lalu, kakak perempuan saya, Mba Ocha, sudah menjalin
hubungan dengan pacarnya setahun belakangan ini. Cinta lokasi saat
menyelesaikan studi S2nya di FTTM ITB. Lucu sih, dia yang harus ldr dengan
pacarnya di Surabaya akhirnya tidak kuat, lalu putus. Eh di sana, Mas Singgih
ini, seniornya yang dikenalkan teman saat cari kos-kosan di Bandung juga baru
putus. Dengan modal mengajari dan membantu si junior survive, jadilah mereka
menjalin sebuah hubungan. Luar biasa. Saya kok ga kecipratan yang kaya gini
sih.. Kenapa..
Setelah sekitar setahun bersama-sama di Bandung, Mas
Singgih dan keluarga pun berani mendatangi rumah kami di Surabaya. Mulai dari
liburan, kenalan, sampai terjadi omongan-omongan penting di antara kami.
Setelah Mba Ocha lulus S2, Mas Singgih yang sudah lulus enam bulan sebelumnya
pun sudah mendapatkan pekerjaan yang settle (sangat settle menurut saya), dan
Mba Ocha pun sudah mendapatkan kontrak pekerjaan yang settle (amat sangat
settle untuk mereka berdua #HailOilAndGas), mereka memutuskan untuk maju ke
tahap yang lebih serius. Singkat cerita, 7 Juni 2014, Mas Singgih sekeluarga
dari Solo datang ke rumah saya, lengkap dengan segala seserahan, melamar kakak
perempuan saya.
Kata orang, jarak antara lamaran ke pernikahan ga boleh
terlalu jauh. Mereka membuat bar satu tahun. Jadi paling
tidak, ketika ngelamar anak orang sekarang, tahun depan maksimal udah
dinikahin. Hahaha.
Mba Ocha dan Mas Singgih beserta keluarga sudah
merencanakan untuk melakukan akad nikah akhir Agustus 2014. Saya dan ayah saya
sudah memesan gedungnya juga. Fyi, Mba Ocha adalah anak kedua,
Mas ido merupakan yang tertua di antara kami. Namun karena Mas Ido laki-laki
(Ya iya lah) jadi boleh gitu kalau Mba Ocha mendahuluinya dalam pernikahan. Mas
Ido juga terima-terima saja, karena plan dia menikah ya memang belum
dekat-dekat ini. Yang ga boleh kalau saya nikah duluan, ngelewatin Mas Ido,
ngedahuluin Mba Ocha lagi yang sama-sama perempuan, hehehe.
Iya, lagian ga mungkin saya nikah duluan. Makasih.
Lalu, beberapa hal dipertimbangkan kembali. Karena Mba Ocha
yang baru mendapatkan pekerjaan harus mengikuti program management
training selama tiga bulan, yang mengharuskan dia dari
akhir Juni sampai September berada di Balikpapan. Dia ga bisa pulang untuk
menikah dong Agustus nanti. Ditambah Mas Singgih yang harus mengikuti development
program di UK selama dua bulan, bikin khawatir mau ditinggal ke benua
seberang.
Sehingga akhirnya, pernikahan mereka dipercepat. Lamaran
tanggal 7 Juni menuju akad akhir Agustus dipercepat menjadi akad tanggal 22
Juni 2014. Iya, dipercepatnya maju tiga bulan. Yap, di hari Minggu itu,
akhirnya kakak perempuan saya satu-satunya resmi menikah dengan laki-laki
pilihannya.
Senang, dan juga sendu.
Hahaha.
Namun, hari itu hanya akad nikahnya saja. Resepsi
pernikahannya setelah Mas Singgih kembali dan usai Lebaran, yaitu tanggal 20
September 2014. Mengingat keadaan Mba Ocha probation di Balikpapan dan Mas
Singgih training di UK dan on/off Jakarta-Papua, jadilah kami yang harus
mempersiapkan resepsi pernikahan tersebut. Kami adalah Mama, Papa, dan Della.
HAHAHA.
Pengajian, akad nikah, dan resepsi kami persiapkan
sebaik-baiknya. Kedua mempelai itu hanya ikut campur saat fitting baju. Sudah.
Lainnya kami yang urus. Agak ngeselin sih. Huahaha. Tapi dari sini saya belajar
banyak tentang persiapan pernikahan (?) hahaha relate ke persiapan seperti
gedung, dekorasi, catering, undangan, souvenir, sampai hal-hal detail selama
malam resepsi itu berlangsung. Lumayan, nyicil belajar buat nikahan sendiri
(?). Wkwkwk.
Jadilah hari-hari bahagia itu berlangsung.
Pagi dimana Mas Singgih mengucapkan kalimat ijab qabul
untung memperistri kakak saya.
Dan malam dimana mereka berdiri berdampingan menyalami
banyaknya tamu yang datang untuk memberikan ucapan selamat.
Kakak perempuan saya,
Telah menikah.
Alhamdulillah.
Sebagai seorang adik perempuan yang ditinggalkan, ternyata
ini semua belum berhenti.
Bulan depan, gentian, kakak laki-laki saya yang akan
mengucapkan ijab qabulnya.
Iya, Mei besok, Mas Ido akan menikahi Mba Endah.
Satu per satu,
Mereka mengambil satu langkah maju dalam hidupnya,
Pelan-pelan,
Saya ditinggalkan sendiri di rumah.
Good luck fo final exam.
ReplyDelete*for
DeleteThank you :D
Deletevideonya berhasil menunjukkan sebuah ke-sakral-an. nice.
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih, semoga menginspirasi :)
Delete