Hai,
Selamat sore.
Tahun lalu, di postingan ini saya merasa telah mencoba
banyak hal baru. Mulai dari ikut Himpunan, turun ke banyak kepanitiaan, ikut
seleksi delegasi kampus, menginjakkan kaki di negeri Paman Sam. Sampai mencoba memulai sebuah hubungan. Tahun lalu
saya berproses, saya menerima kegagalan, mencoba berdamai dengan keadaan, dan
bangkit lebih tinggi. Dan tahun ini, ternyata saya telah mencoba lebih banyak
hal baru. Tidak hanya berdamai dengan keadaan, tapi saya memperbaiki keadaan
dan berusaha menjadi jauh lebih baik.
Di sini lagi, di penghujung tahun. Lagi-lagi, seperti
kebiasaan, saya ingin menuliskan hal-hal yang telah saya lalui. Yang nantinya bisa
menjadi cerminan diri saya untuk melihat ke belakang.
Mengingat ke awal tahun ini, saya dihadapkan dengan
beberapa tanggung jawab yang harus diselesaikan.
Himpunan Mahasiswa Akuntansi
Saya dan teman-teman junior di Himpunan
menyelesaikan tanggung jawab kami selama setahun sampai terselenggaranya
Musyawarah Mahasiswa. Selepas laporan pertanggung jawaban, kami menutup periode
ini dengan liburan akhir bersama HMA Unair 2014. Lalu, dimulailah Pemilihan
untuk Ketua Himpunan tahun 2015. Setelahnya, terbentuklah Himpunan kami yang
baru dengan angkatan saya, angkatan 2013, yang menjabat. Saya pun didapuk
menjadi Kepala Divisi untuk Humas Eksternal. Tanggung jawab baru lagi, bersama
teman-teman, dan juga junior yang menjadi staff kami. Yap. Banyak hal-hal baru
tentang saya, teman-teman, dan himpunan ini. Two years of ups and downs within the organization, thank you, Home!
HNMUN 2015
Terkait keikutsertaan saya menjadi delegasi dari kampus
untuk kegiatan internasional, di awal tahun ini saya dan tim berangkat.
Februari lalu, kami, Official
Representatives of Universitas Airlangga for Harvard National Model United Nations 2015 went abroad. Ini
perjalanan terjauh saya. USA, bro! Hahaha. Dengan membawa nama kampus dan
bangsa, kami berusaha sebaik mungkin. Kami menjalani hari-hari paling baru dan
menantang. Meskipun akhirnya kami belum berhasil membawa palu itu pulang. Till the next time ya, MUN and USA.
DJARUM Beasiswa Plus
Selanjutnya, beasiswa. Sebelumnya beasiswa cenderung untuk
orang yang (maaf) kurang mampu dalam segi biaya sehingga membutuhkan bantuan
dana untuk pendidikan. Saya bukan mencari beasiswa yang demikian. Saya bukannya
berlebih, namun keluarga saya berkecukupan untuk membiayai pendidikan saya.
Beasiswa yang saya cari adalah yang menawarkan exposure untuk berkembang. Iya,
juga ada tambahan dana buat uang jajan. Hahaha. Saya mencoba mendaftar beasiswa
dari Astra, Astra 1st, namun gagal di tahap akhir saat user
interview. Saya mencoba mendaftar beasiswa Bank Indonesia, namun prosesnya
tertutup, entah mengapa tidak mudah mengakses segala informasi dan proses
tentangnya. Dan saya mencoba mendaftar beasiswa Djarum, dan disinilah rezeki
saya. Saya menjadi penerima Djarum Beasiswa Plus 2015/16. Mungkin akan saya
tuliskan lebih jauh tentang Beswan Djaru nantinya. Yang pasti, saya merasa
sangat bersyukur. Beasiswa ini jauh dari kata eksklusif, penerimanya banyak,
namun justru itu poin intinya. Keberagaman, nasionalisme, kebersamaan,
kata-kata yang biasanya hanya dijadikan media promosi atau hanya sebatas saya
dengar dan lihat, kali ini saya rasakan. Baru satu programnya, Nation Building,
program ini menawarkan saya hal yang nyata untuk berkembang. Semoga program dan
kegiatan kedepannya tidak lepas dari nilai-nilai mengembangkan potensi diri. To the next development activities, Beswan
Djarum!
Guk Yuk Sidoarjo
Hal baru, yang teramat baru dan bahkan belum pernah saya
tuliskan di buku catatan target dan mimpi yang ingin saya raih, akhirnya saya
coba di penghujung tahun ini. Saya mengikuti pemilihan Duta Wisata Guk dan Yuk
Sidoarjo 2015. Iya, Duta Wisata. Hahaha. Hal ini dimulai dari perasaan ragu dan
pertanyaan-pertanyaan dari dalam diri mengenai, apakah saya telah berbuat hal
baik untuk orang lain? Apakah saya sudah memberi kontribusi? Bahkan ke lingkup
terkecil saya? Apakah saya sudah cukup kompeten dalam berbagai hal? Entahlah, insecurity does kill me. Tapi itu
poinnya, tanpa mengurangi ingatan saya untuk terus bersyukur dengan hal-hal
yang saya miliki dan saya capai, saya tidak boleh berhenti. Dengan
pemikiran-pemikiran tersebut, saya memiliki niat baik untuk mencoba
berkontribusi ke lingkungan saya, daerah saya sendiri. Dan itu semua tidak
mudah, kawan. Hahaha. Prosesnya panjang dan melelahkan. Namun Alhamdulillah,
saya diberi kesempatan dan kepercayaan untuk menjadi Wakil 1 Yuk Sidoarjo. I’m officially a local tourism ambassador,
watch out the next stories!
Ah ya!
Kakak laki-laki saya, Mas Ido, akhrinya menikah juga. Meninggalkan saya. Hahaha. Membuat saya merasa harus melanjutkan cerita ini. Nanti, ya.
Terakhir, biarkan saya membicarakan tentang perasaan di penghujung tulisan ini. Hahaha. Tahun lalu, saya mengatakan bahwa telah berani mencoba maju satu langkah dalam urusan perasaan. Saya berada dalam sebuah hubungan. Namun, ternyata tidak semudah itu untuk saling mengusahakan satu sama lain. Saya jadi paham kenapa pacaran dilarang di Islam, karena ya banyakan mudharatnya daripada maslahatnya. Rasa memiliki seseorang dalam sementara waktu di sebuah hubungan itu sih yang saya rasa salah. Hal-hal yang dipegang teguh kadang kalah dengan sebuah klaim ‘pacaran’. Jadi “kamu milik saya”. Apa banget saya pikir-pikir. Belum lagi, ternyata saya memang susah diajak kompromi. Hahaha. Saya rasa, dia lebih banyak berusaha dibanding saya. Saya merasa kami tidak cukup seimbang untuk saling membangun hubungan ini. Entahlah, yang jelas, saya gagal.
Kakak laki-laki saya, Mas Ido, akhrinya menikah juga. Meninggalkan saya. Hahaha. Membuat saya merasa harus melanjutkan cerita ini. Nanti, ya.
Terakhir, biarkan saya membicarakan tentang perasaan di penghujung tulisan ini. Hahaha. Tahun lalu, saya mengatakan bahwa telah berani mencoba maju satu langkah dalam urusan perasaan. Saya berada dalam sebuah hubungan. Namun, ternyata tidak semudah itu untuk saling mengusahakan satu sama lain. Saya jadi paham kenapa pacaran dilarang di Islam, karena ya banyakan mudharatnya daripada maslahatnya. Rasa memiliki seseorang dalam sementara waktu di sebuah hubungan itu sih yang saya rasa salah. Hal-hal yang dipegang teguh kadang kalah dengan sebuah klaim ‘pacaran’. Jadi “kamu milik saya”. Apa banget saya pikir-pikir. Belum lagi, ternyata saya memang susah diajak kompromi. Hahaha. Saya rasa, dia lebih banyak berusaha dibanding saya. Saya merasa kami tidak cukup seimbang untuk saling membangun hubungan ini. Entahlah, yang jelas, saya gagal.
Setelah kegagalan saya yang pertama dalam sebuah hubungan,
saya merasa lebih menutup diri. Entahlah, saya jadi kurang nyaman dengan sebuah
sistem ‘pendekatan’ yang dulunya saya puja-puja. Karena dalam proses pendekatan
itu lah, hal-hal menjadi sangat baik, dan semuanya menyenangkan. Tapi kali ini
tidak lagi. Saya sedang ingin sendiri. Saya sedang lebih nyaan sendiri. Entah
sampai kapan. Yang pasti, saya mencoba bersikap professional. Dengan
berakhirnya hubungan saya pertengahan tahun lalu, saya justru merasa jauh lebih
maju. Punya waktu lebih banyak dengan teman-teman, IPK yang empat bulat,
beasiswa dan pemilihan yang saya dapat. Saya memiliki waktu lebih banyak untuk
mengeksplor diri saya. Ketimbang ‘mbulet’ dalam sebuah romansa anak muda. Dan
yap, saya lebih nyaman begini.
“Allah mematahkan
hatimu untuk menyelamatkanmu dari orang yang salah”.
Allah sudah sangat baik kepada saya. Saya yang seharusnya
jadi lebih baik pada-Nya. Lebih mendekatkan diri, memperbanyak amalan sholeh,
dan menjadikan-Nya sebagai tempat untuk pulang, bukan manusia lainnya.
Dan, di sinilah saya.
Sore ini, sembari menunggu temant-teman Beswan Djarum 31
Surabaya yang akan menghabiskan malam tahun barunya di rumah saya, saya mengingatkan
diri untuk terus bersyukur.
Bersyukur akan apa yang telah diberikan-Nya.
Bersyukur akan kedendak-Nya.
Bersyukur saya sudah bisa berjalan lebih jauh, berpikir lebih dalam, dan belajar lebih banyak.
Selamat tinggal, 2015.
Adelia Budiarto.
No comments
Post a Comment