Tepat
pertengahan tahun lalu, akhir Juni menuju awal Juli, saya sedang mempersiapkan
diri untuk pendaftaran seleksi Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) program
Magister Luar Negeri (LN) Reguler yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengelola
Dana Pendidikan (LPDP) di bawah Kementrian Keuangan Republik Indonesia tahun
2017. Seluruh prosesnya, dari persiapan pendaftaran administrasi sampai seleksi
akhir, memberikan saya banyak pelajaran. Banyak hal yang harus dipersiapkan,
mulai dari dokumen pribadi, berkas akademis, essay yang menarik, kemampuan
diskusi dalam grup, sampai wawancara tahap akhir yang menjadi go-no-go
situation. Semuanya butuh niat yang kuat, usaha yang sungguh-sungguh, dan doa
yang tulus dan jujur kepada-Nya.
Cerita singkat
saya tentang bagaimana mempersiapkan diri untuk LPDP kali ini, bukan untuk
memotivasi pembacanya bahwa mendaftar dan mendapatkan LPDP itu mudah lho,
justru, saya ingin menekankan bahwa silahkan mendaftar jika kamu sudah yakin
dan punya tekad kuat untuk mengusahakannya dengan sungguh-sungguh. Jangan setengah-setengah,
jangan “yaa coba dulu deh sapa tau jodoh”, jangan mendaftar jika hanya ingin
mengadu nasib. Jangan seperti saya dulu.
Saat itu, saya
belum berusia kepala dua saat mempersiapkan diri untuk mendaftar, saya belum
memiliki ijazah sebagai tanda status kelulusan dari kampus, saya belum memiliki
Letter of Acceptance (LoA) baik yang unconditional maupun conditional dari
kampus tujuan manapun. Singkatnya, hampir dari belasan dokumen yang dijadikan
syarat pendaftaran, baru satu yang saya miliki. Tau ngga itu apa? KTP.
Satu-satunya dokumen pendaftaran yang saya miliki hanya tanda bahwa saya memang
warga negara Indonesia. Itu pun, KTPnya masih KTP lama, yang di-laminating itu
lho, yang e-KTP masih belum jadi. Kata pegawai kelurahan saya, blankonya masih
habis. Maklum, di pertengahan 2017, kasus e-KTP masih kemana-mana. Kira-kira,
kebayang ngga? Huahahaha.
Jangan
setengah-setengah lah kalau memang niat ingin mendaftar. LPDP is currently the
country’s largest and arguably most popular scholarship program. LPDP is open
for anyone, literally anyone as long as they are Indonesian. Either civil
servants, lecturers, worker in private sector, or even a fresh graduate, as
long as fulfill all of the requirements LPDP asked, everyone is acceptable.
Termasuk saya, dengan kondisi sebagai freshgrad yang juga lagi siap-siap untuk
pekerjaan pertama, saya juga diterima di LPDP. Mungkin iya kondisi saya saat
akan mendaftar setahun lalu sangat kacau balau, tapi saya ngga cuma diam saja.
Meskipun dari luar sangat messy, essay baru dibuat satu minggu sebelumnya,
seluruh dokumen pendaftaran baru siap di upload di hari terakhir, pun sampai
seleksi substansi saat masih probation di kantor, tapi dari dalam saya sudah
menghitung dan mengaturnya sedemikian rupa. Meskipun terlihat berantakan, tapi
saya sungguh-sungguh mempersiapkan semuanya.
Saat ini,
pendaftaran LPDP tahun 2018 untuk Magister LN sudah dibuka sejak awal bulan
lalu sampai akhir September nanti. Jadi kamu.. apa jadi mau daftar LPDP tahun
ini? Apa kamu sudah yakin dengan negara tujuan, kampus tujuan, dan tujuan besar
di hidupmu? Kalau sudah, semangat ya! Semoga dilancarkan persiapannya,
dan siapa tau kamu juga mau tau satu dua hal yang saya alami setahun lalu.
Kalau ada yang baik boleh dijadikan referensi, jika ada yang kurang baik,
semoga kamu bisa memperbaikinya di aplikasimu tahun ini. Dan jika kamu belum
begitu yakin, coba lihat-lihat dulu, siapa tau kamu jadi lebih yakin. Selamat
mempersiapkan! ^^
Precondition:
Ensure yourself
Tahap paling awal, paling pertama, dan paling menentukan dari perjalanan pendaftaran beasiswamu adalah: kamu yakin. Yakin kalau kamu mau daftar mencari beasiswa. Yakin kalau daftarnya ke LPDP. Yakin daftarnya tahun ini. Yakin mau lanjut kuliah program apa. Yakin mau kuliah dimana. Yakin mau kuliah belajar apa. Yakin mau kuliah berapa tahun. Yakin habis kuliah mau ngapain. Yakin kalau.. kamu mampu. Karena daftar untuk kuliah lagi dengan beasiswa LPDP bukan cuma untuk tahu kamu bakal kuliah satu atau dua tahun dibiayain, tapi juga tahu kalau step kecil ini bakal ngerubah plan besar hidupmu. Yakin buat mau kuliah lagi yang mana bisa merubah sedikit banyak plan hidup, dari urusan karir di kantor sampai hubungan keluarga, either plan buat nikah atau yang udah nikah harus mikir lagi gimana membawa keluarga kalau kuliah di luar negeri. Banyak lah pokoknya faktor-faktor yang harus dipikirin dulu. Jadi pastiin dulu, yakin ngga mau lanjutin kuliah beneran, bukan sekedar escape plan, dan gimana impactnya ke keluarga, hubungan personal, dan plan hidup kamu sepuluh tahun kedepan. Pastiin dulu.
Tahap paling awal, paling pertama, dan paling menentukan dari perjalanan pendaftaran beasiswamu adalah: kamu yakin. Yakin kalau kamu mau daftar mencari beasiswa. Yakin kalau daftarnya ke LPDP. Yakin daftarnya tahun ini. Yakin mau lanjut kuliah program apa. Yakin mau kuliah dimana. Yakin mau kuliah belajar apa. Yakin mau kuliah berapa tahun. Yakin habis kuliah mau ngapain. Yakin kalau.. kamu mampu. Karena daftar untuk kuliah lagi dengan beasiswa LPDP bukan cuma untuk tahu kamu bakal kuliah satu atau dua tahun dibiayain, tapi juga tahu kalau step kecil ini bakal ngerubah plan besar hidupmu. Yakin buat mau kuliah lagi yang mana bisa merubah sedikit banyak plan hidup, dari urusan karir di kantor sampai hubungan keluarga, either plan buat nikah atau yang udah nikah harus mikir lagi gimana membawa keluarga kalau kuliah di luar negeri. Banyak lah pokoknya faktor-faktor yang harus dipikirin dulu. Jadi pastiin dulu, yakin ngga mau lanjutin kuliah beneran, bukan sekedar escape plan, dan gimana impactnya ke keluarga, hubungan personal, dan plan hidup kamu sepuluh tahun kedepan. Pastiin dulu.
Kalau sudah
yakin “aku mau daftar LPDP untuk beasiswa kuliah lanjut”, then we’ll go to
further questions. Kamu mau kuliah lagi dengan LPDP, programnya apa, magister
atau doktoral? Mau lewat program apa, reguler atau afirmasi? Mau kuliah dimana,
dalam negeri atau luar negeri? Mau ke negara mana? Mau ke kampus apa? Mau masuk
jurusan apa? Kenapa ke negara, kampus, dan bidang studi tersebut? Gimana? Ah ya, LPDP juga menawarkan program dokter spesialis dan beasiswa
disertasi, namun karena saya kurang familiar jadi saya juga tidak akan bicara
banyak. Sesuai sapaan saya tadi di atas, saya paling familiar dengan program
magister luar negeri reguler, yah.
Sebelum kamu
mau stepping stone lebih lanjut, pertanyaan mendasar di atas sebaiknya
pelan-pelan dicari jawabannya. Silahkan dipikirkan, dihubungkan dengan keadaan
kehidupan kalian sekarang, sambil denger-denger pengalaman orang lain di
sekitar kalian yang sudah kuliah lagi/dapat beasiswa serupa, dan yaaa sambil
baca-baca aja cerita orang di blog atau mana gitu, banyak kok, banyak banget
sources yang kalian punya. Jadi silahkan membangun ekspektasi dulu tentang diri
kalian dengan beasiswa LPDP ini, sembari buka mata dan telinga gimana sih
ceritanya jadi awardee LPDP itu.
Read and
learn the guidance booklet
The second
step. Now if you already sure you will start your journey of becoming LPDP
awardee, then read through the booklet is an obligatory start. LPDP setiap
tahunnya selalu menyediakan booklet/guidance book terbaru yang menyesuaikan
peraturan-peraturan yang berlaku di tahun tersebut. Well you can download it here. I really recommend you to read through the book because basically all of
your questions were answered there. Read through persyaratan utama,
syarat-syarat khusus, dokumen yang dibutuhkan, timeline pendaftaran, template surat-surat,
dan juga panduan membuat essay. Semua hal tentang aplikasi LPDP dijelaskan di
buku tersebut. Kalau kata orang dulu ‘malu bertanya, sesat di jalan’, tapi
untuk hal-hal yang berkaitan dengan hal administratif semacam ini, saya selalu
menerapkan baca dulu baru tanya kalau emang udah clueless banget. Karena
sungguh percayalah, semua informasi itu sudah tersedia selama kalian mau
mencari tahu! Hohoho.
Contoh nyata
bahwa mencari informasi akan membuat hal-hal ga mungkin jadi mungkin terjadi
juga di saya. Saya sempat hopeless banget di bulan Mei (dua bulan sebelum
penutupan pendaftaran tahun lalu) karena tidak memiliki sertifikat IELTS. Di
tahun 2016, TOEFL ITP masih diterima, namun di 2017 tidak. Sehingga saya sudah
bingung sendiri gimana caranya dapat sertifikat IELTS in two months? Saya belum
pernah ikut course untuk IELTS, tidak tahu bentuk tesnya seperti apa detailnya,
dan jelas tesnya cukup mahal bagi mahasiswa tingkat akhir macam saya. Sempat
sudah saya conclude untuk tidak daftar tahun ini, sampai.. sampai suatu siang
saya walkthrough lagi buku panduan tersebut dan menemukan.. TOEIC. Lngsung saya
riset TOEIC itu gimana, tesnya relatable ga masihan, harganya acceptable atau
ngga, ada tesnya atau ngga di Surabaya, kapan jadinya, dan lain-lainnya. Done,
saya berhasil daftar pakai sertifikat TOEIC, yang tesnya mirip-mirip sama TOEFL
naik level dikit, dan harganya seperempat tes IELTS. Boom.
Satu per satu
masalah dokumen administratif terpecahkan, dari yang cuma punya KTP yang belum
elektronik itu, saya jadi punya sertifikat Bahasa Inggris yang diterima LPDP,
pun juga syarat pengganti ijazah. Lagi-lagi, setelah saya membaca guidance book
dengan teliti, ternyata ijazah bisa digantikan dengan surat keterangan lulus
(SKL). Di tahun 2017 lalu, SKL boleh dipakai menggantikan ijazah selama tanggal
kelulusan belum lebih dari dua bulan. Jadi yaaa, syarat-syarat tersebut
sebenarnya sudah amat sangat jelas tertuang di buku panduan yang diberikan
LPDP. Jadi, jangan malas membaca ya. Baca dan pahami syarat-syaratnya, siapkan
dokumen yang diperlukan, dan yaaa, semangat!
Prepare all
of the documents needed and process the application
Bear in mind
kalau seleksi pertama LPDP adalah seleksi administrasi, yaitu seleksi berkas.
Jadi gimana caranya biar lolos, kak? (((kak!))) hahaha ya simply by fulfilling
all of the requirements stated by LPDP. Kalau mereka minta ijazah, ya diupload
scanned ijazahnya. Kalau mereka minta essay, ya dibuat essaynya. Kalau mereka minta
surat keterangan sehat dari Rumah Sakit Pemerintah, ya jangan tes kesehatan di
klinik swasta. Simply knowing what they ask, then put it all on your online
application.
Tahun 2017
lalu, lebaran terjadi tanggal 25 Juni 2017, dua minggu sebelum pendaftaran
tutup. Padahal di minggu tersebut juga kampus, rumah sakit, dan kantor-kantor
lainnya belum beroperasi secara normal. Kalau ingat masa-masa menegangkan itu
rasanya mau nangis juga. Padahal salah saya juga ga dari awal tatag mau daftar
atau ngga lol. Jadi, foto di atas adalah salah satu potret selembar catatan di
agenda saya setahun lalu. Sebuah reminder tentang apa-apa aja yang harus saya
persiapkan dan sampai mana sih kelengkapannya. Bisa dilihat betapa mepetnya
dokumen-dokumen saya siap sebelum deadline pendaftaran. Maaf ya Allah, Adelia
dulu mepet banget nyiapinnya, Alhamdulillah Engkau selalu memudahkan..
*terharu*
Dokumen yang
bisa saya siapkan dari jauh-jauh hari hanya KTP (lagi), surat pernyataan yang
tinggal diisi aja, serta SKL dan transkrip yang sudah saya urus dari yudisium
di awal Juni. Saya ingat persis, di minggu terakhir itu saya muter-muter
Surabaya buat siapinnya. Hari Senin tanggal 3 Juli, pagi-pagi saya ke Rumah
Sakit Haji Sukolilo, saya antre buat kartu dan pendaftaran tes berjam-jam.
Sudah di depan loket buat ambil darah, terjadi percakapan paling menyesakkan
yang membuat saya hampir gajadi tes karena beberapa hari lalu minum obat
generic (Decolgen dan Inza) karena flu setelah lebaran, yang mana bisa membuat
tes bebas narkoba saya fail….. lol. Saya sudah bayar buat tesnya tapi disuruh
perawatnya kembali besoknya lagi aja daripada tesnya gagal gara-gara obat tadi.
Tapi karena takut besok makin mepet lagi bisa-bisa lewat tanggal 7 jadi saya
tes aja hari itu, alhamdulillah hasilnya negatif wkwkwk. Ah ya, it costs around
300-400 ribu lengkap sesuai yang diminta LPDP kok, surat keterangan sehat,
bebas narkoba, dan bebas TBC. It takes two days, satu hari untuk tes kesehatan
dan narkoba, and the other day untuk tes TBC. Done, I made it, surat-surat
keterangan sehat ini siap diambil tanggal 5 Juli, dua hari sebelum penutupan.
Di hari yang
sama, Senin tanggal 3 Juli itu, saya juga mampir ke kampus untuk ketemu dengan
Dekan saya terkait surat rekomendasi. Saran saya, minta lah rekomendasi dari orang
yang paling tahu kamu gimana, lebih baik lagi kalo orang itu terkenal di
bidangnya. Semua orang bisa memberikan rekomendasi, boleh dosen, dekan, rector,
atasan di kantor, pejabat publik, atau siapa pun orang yang ‘memimpin’ di
bidangmu. Siapa pun itu, pastikan bahwa dia tahu betul siapa kamu. Karena
percuma kalau yang buat rekomendasi kamu sudah setara Presiden tapi isinya ngga
ada, isinya cuma hal biasa. Lebih baik minta dosen pembimbing skripsi kamu di
kampus, kalau memang dia tahu betul kemampuanmu dan bisa menuangkannya di surat
rekomendasi. Intinya jangan hanya ‘yang penting rekomendasinya dari orang
terkenal’ tapi ensure kalau isi surat rekomendasinya menyeluruh tentang potensi
dirimu. Daaaan, berdasarkan hasil diskusi dan berasaskan networking yang baik,
surat rekomendasi pun berhasil ditanda-tangani di hari Senin yang cerah itu.
Belum
berakhir setelah drama surat kesehatan dan surat rekomendasi yang baru beres
tiga hari sebelum penutupan pendaftaran, masih ada sertifikat TOEIC saya. Iya,
TOEIC yang saya berhasil tes beberapa minggu sebelumnya (20 Juni 2017) sampai
tanggal 4 Juli belum juga jadi sertifikatnya. Sudah puluhan kali saya telepon
call centernya di salah satu Universitas swasta di Surabaya tapi belum juga
jadi. Ketika satu per satu syarat sudah berhasil dilengkapi, di hari-hari akhir
ini masih ada sertifikat yang nyantol ga dateng-dateng. Hampir saya batal
daftar lagi untuk kesekian kalinya, sampai..
Tanggal enam cuyyyy, sehari sebelum penutupan baru akhirnya sertifikat Bahasa Inggris ini bisa diambil. Huahahaha. Parah lah pokoknya ketegangan di minggu tersebut setahun lalu. Belum juga rencana studi dan dua essay yang baru dibuat di hari-hari akhir libur lebaran. Saya buat sendiri, seadanya, dan bahkan saking mepetnya saya belum sempat minta proof reading ke senior saya sama sekali. Jadi ya ketiga essay tersebut saya buat sendiri, tanpa evaluasi dari siapapun (jangan pernah dicontoh!), dan yaaa begitulah seadanya. Tapi essay tersebut sudah saya pikirkan garis merah apa yang akan ditulis sejak beberapa saat sebelumnya kok, sungguh. Ngahahaha. Yang terpenting dari essaymu adalah tulisan tersebut bisa menjawab topik yang diberikan oleh LPDP, yang waktu jamanku terdiri dari Rencana Studi, Kontribusiku untuk Indonesia, dan Sukses Terbesar dalam Hidup. Kalian sebaiknya membuat garis besarnya apa yang akan ditulis dulu, sehingga essaynya tidak akan terlalu banyak dan berputar-putar. Jawab topiknya, tulis dengan runtut dan menjelaskan, jangan expect kalau orang yang membaca tahu tentang kamu dan hidupmu dan punya banyak waktu untuk membaca. Sehingga, jelaskan dulu poin besarnya apa, ensure the readers know what you would like to achieve on your essay, then elaborate coherently your points. Be smart, specific, measurable, actionable, realistic, and time bound. Ensure that your writings and your vision is relatetable and reachable.
Tanggal enam cuyyyy, sehari sebelum penutupan baru akhirnya sertifikat Bahasa Inggris ini bisa diambil. Huahahaha. Parah lah pokoknya ketegangan di minggu tersebut setahun lalu. Belum juga rencana studi dan dua essay yang baru dibuat di hari-hari akhir libur lebaran. Saya buat sendiri, seadanya, dan bahkan saking mepetnya saya belum sempat minta proof reading ke senior saya sama sekali. Jadi ya ketiga essay tersebut saya buat sendiri, tanpa evaluasi dari siapapun (jangan pernah dicontoh!), dan yaaa begitulah seadanya. Tapi essay tersebut sudah saya pikirkan garis merah apa yang akan ditulis sejak beberapa saat sebelumnya kok, sungguh. Ngahahaha. Yang terpenting dari essaymu adalah tulisan tersebut bisa menjawab topik yang diberikan oleh LPDP, yang waktu jamanku terdiri dari Rencana Studi, Kontribusiku untuk Indonesia, dan Sukses Terbesar dalam Hidup. Kalian sebaiknya membuat garis besarnya apa yang akan ditulis dulu, sehingga essaynya tidak akan terlalu banyak dan berputar-putar. Jawab topiknya, tulis dengan runtut dan menjelaskan, jangan expect kalau orang yang membaca tahu tentang kamu dan hidupmu dan punya banyak waktu untuk membaca. Sehingga, jelaskan dulu poin besarnya apa, ensure the readers know what you would like to achieve on your essay, then elaborate coherently your points. Be smart, specific, measurable, actionable, realistic, and time bound. Ensure that your writings and your vision is relatetable and reachable.
Lastly,
Letter of Acceptance or LoA, ini adalah satu-satunya dokumen yang tidak saya
upload ke sistem pendaftaran online. Kenapa? Ya karena saya belum punya. Saya
mendaftar tanpa LoA, baik yang unconditional maupun conditional, karena ya
kalian tau ijazah aja belum jadi, IELTS juga belum punya. Jadi yaudah, saya
daftar tanpa LoA, tetapi dengan kelengkapan dokumen yang lain. It is better if
you hold offers, but if not, you can still go without it kok.
In short, ini
adalah beberapa dokumen yang kamu perlu siapkan untuk seleksi administrasi LPDP
2018 berdasarkan pengalaman saya dan buku panduan tahun ini yang say abaca
sekilas. I’ll sort it dari yang paling bisa disiapkan sejak jauh hari yaaa,
1. KTP, which
I bet you guys all own it lol. Selain untuk memastikan kalian adalah penduduk
Indonesia, ini juga untuk ensure batas umur kalian masih di bawah 35 tahun
(untuk magister) di akhir tahun ini.
2. Ijazah,
ensure kalau ijazah S1 (atau S2 buat yang doktoral) kalian ada yaaa yang
original, terus discan aja. Kalau yang baru banget lulus bisa pakai SKL kok.
Ijazah digunakan untuk memastikan kalian sudah menyelasaikan studi sarjana dan
pastikan kalian tidak sedang menempuh studi magister saat mendaftar. Karena
LPDP tidak memberikan beasiswa magisternya untuk orang yang mau ambil magister
keduanya.
3. Transkrip,
ini juga pastikan ada dan discan aja. Kedua, pastikan bahwa IPK kalian minimal
3.00/4.00.
4. Sertifikat
Bahasa Inggris yang berlaku. Untuk detail tes Bahasa Inggris apa aja dan berapa
nilai minimum yang berlaku, please refer to the newest guidance ya for the
detail. Ada perbedaan nilai minimum juga bagi yang ingin mendaftar kampus dalam
negeri dan luar negeri. But if I’m not mistaken, for Magister LN Reguler, they
accept IELTS, TOEFL iBT, and TOEIC. Untuk pendaftar kampus dengan Bahasa lain
yang diakui PBB seperti Bahasa Arab, Perancis, Mandarin dan lainnya juga
dijelaskan detailnya di booklet ya.
5. Surat pernyataan. Formatnya sudah ada di booklet LPDP, tinggal diisi beberapa informasi tentang diri sendiri, di print, kasih materai, ditandatangani, discan, sudah deh bisa diupload. Tapi, pastikan kamu sudah benar-benar membaca isi surat pernyataan dan tahu tanggung jawab pun resiko setelah menandatanganinya ya.
6. Surat keterangan sehat, bebas dari narkoba, dan bebas TBC dari Rumah Sakit/Puskesmas/Klinik Pemerintah yang masa berlakunya paling lama 6 bulan sebelum penutupan pendaftaran. Jadi sebaiknya ini dicicil dulu aja, tes kesehatan sekarang-sekarang aja (bulan Juli/Agustus), karena masih dalam masa aktif dan biar ngga drama di hari-hari akhir pendaftaran.
7. Surat rekomendasi, seperti yang kujelaskan diatas, silahkan meminta surat rekomendasi dari atasan/tokoh di lingkunganmu. Ensure that their recommendation to you is ‘personal’, bukan rekomendasi yang bisa dibuat oleh orang yang tahu atau tidak tahu dirimu dengan baik.
8. Surat izin kerja, kalau yang PNS, TNI, POLRI kalau ga salah. While saya sih dulu belum kerja jadi ngga siapin ini hahaha. Atau kalian yang berencana resign ketika mengambil studi juga sepertinya tidak perlu mempersiapkan ini.
9. Letter of Acceptance. Kalau kalian sudah yakin dengan tujuan kampus dan bisa mendaftar jauh-jauh hari, akan sangat baik jika dilakukan dan kalian bisa memiliki Unconditional LoA ketika mendaftar. Karena yaa jadi sudah jelas ada kampus yang sudah menerima kalian. Tapi kalau belum pun tidak masalah, asal jelas alasannya mengapa belum (pendaftaran kampus belum buka missal) dan kalian yakin bisa mendapatkan LoA tersebut within period after you got the scholarship.
10. Rencana studi. Tulis rencana studi sesuai program magister dan perguruan tinggi tujuan kamu. Elaborate kenapa di negara itu, kenapa kampus itu, kenapa jurusan itu, apa hubungannya dengan studimu sebelumnya, apa relevansinya dengan pekerjaanmu sekarang, apa kaitannya dengan visimu kedepan, bagaimana kamu akan survive disana, apa ekspektasi dari studimu disana, dan kenapa LPDP harus membiayai dirimu untuk sekolah disana? And other kind of questions.
11. Statement of Puspose. Tulis juga statement of purpose kamu maksimum 1000 kata tentang kontribusimu yang telah, sedang, dan akan kamu lakukan untuk masyarakat, lembaga, instansi, profesi, atau komunitas kamu. Kalau ini saya juga gabisa komentar banyak, karena tipenya personal. Tanya dan cari tahu dari dirimu sendiri, kamu maunya apa? Apa hubungannya sama studi lanjut dan negara harus mebiayai?
5. Surat pernyataan. Formatnya sudah ada di booklet LPDP, tinggal diisi beberapa informasi tentang diri sendiri, di print, kasih materai, ditandatangani, discan, sudah deh bisa diupload. Tapi, pastikan kamu sudah benar-benar membaca isi surat pernyataan dan tahu tanggung jawab pun resiko setelah menandatanganinya ya.
6. Surat keterangan sehat, bebas dari narkoba, dan bebas TBC dari Rumah Sakit/Puskesmas/Klinik Pemerintah yang masa berlakunya paling lama 6 bulan sebelum penutupan pendaftaran. Jadi sebaiknya ini dicicil dulu aja, tes kesehatan sekarang-sekarang aja (bulan Juli/Agustus), karena masih dalam masa aktif dan biar ngga drama di hari-hari akhir pendaftaran.
7. Surat rekomendasi, seperti yang kujelaskan diatas, silahkan meminta surat rekomendasi dari atasan/tokoh di lingkunganmu. Ensure that their recommendation to you is ‘personal’, bukan rekomendasi yang bisa dibuat oleh orang yang tahu atau tidak tahu dirimu dengan baik.
8. Surat izin kerja, kalau yang PNS, TNI, POLRI kalau ga salah. While saya sih dulu belum kerja jadi ngga siapin ini hahaha. Atau kalian yang berencana resign ketika mengambil studi juga sepertinya tidak perlu mempersiapkan ini.
9. Letter of Acceptance. Kalau kalian sudah yakin dengan tujuan kampus dan bisa mendaftar jauh-jauh hari, akan sangat baik jika dilakukan dan kalian bisa memiliki Unconditional LoA ketika mendaftar. Karena yaa jadi sudah jelas ada kampus yang sudah menerima kalian. Tapi kalau belum pun tidak masalah, asal jelas alasannya mengapa belum (pendaftaran kampus belum buka missal) dan kalian yakin bisa mendapatkan LoA tersebut within period after you got the scholarship.
10. Rencana studi. Tulis rencana studi sesuai program magister dan perguruan tinggi tujuan kamu. Elaborate kenapa di negara itu, kenapa kampus itu, kenapa jurusan itu, apa hubungannya dengan studimu sebelumnya, apa relevansinya dengan pekerjaanmu sekarang, apa kaitannya dengan visimu kedepan, bagaimana kamu akan survive disana, apa ekspektasi dari studimu disana, dan kenapa LPDP harus membiayai dirimu untuk sekolah disana? And other kind of questions.
11. Statement of Puspose. Tulis juga statement of purpose kamu maksimum 1000 kata tentang kontribusimu yang telah, sedang, dan akan kamu lakukan untuk masyarakat, lembaga, instansi, profesi, atau komunitas kamu. Kalau ini saya juga gabisa komentar banyak, karena tipenya personal. Tanya dan cari tahu dari dirimu sendiri, kamu maunya apa? Apa hubungannya sama studi lanjut dan negara harus mebiayai?
Kalau
semuanya sudah siap, proses aplikasimu di website LPDP. Log in lalu proses
pendaftaran dengan meng-input perguruan tinggi dan program studi tujuan kamu.
Jangan lupa bahwa LPDP tahun ini sudah mengupdate perguruan tinggi dan jurusan
yang diperbolehkan, bisa dilihat di sini. Ensure you comply their new rules ya.
Lalu kalau sudah mantap, upload semua dokumen yang diminta. Submit aplikasi.
Dan banyak-banyak berdoa.
Begitu sih,
long short story persiapan dokumen pendaftaran saya setahun lalu. Yang pasti,
saya sarankan agar kamu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Tahun lalu saya
punya banyak excuse karena memang baru banget lulus kuliah dan kepotong libur
ini itu, tapi Alhamdulillah masih bisa dimanajemen dengan baik. Tahun ini,
semoga kamu bisa mempersiapkan dokumen administratif yang dibutuhkan jauh-jauh
hari, mendapatkan surat rekomendasi dari orang yang paling tahu kamu, dan
mendapatkan review dari orang yang jauh lebih expert untuk essay-essay kamu.
Semoga kamu bisa mempersiapkan semua dokumen pendaftaran dengan jauh lebih
siap, dengan lengkap, dan bisa jadi jalan pembuka kamu untuk seleksi LPDP
selanjutnya. Yang pasti, penuhi semua persyaratan dan ikuti petunjuk yang
diberikan ya. Semangat mempersiapkan, masih ada dua bulan lagi!
--
Baru saja
saya menuliskan pengalaman setahun lalu mengenai aplikasi LPDP sampai tahap
administrasi sambil menghabiskan segelas ice latte, tiba-tiba ada email masuk
berkaitan dengan pekerjaan besok. Sehingga sepertinya saya harus memotong
sampai sini dulu. InsyaAllah akan dilanjutkan pengalaman kecil saya untuk tahap
selanjutnya nanti. Sembari kalian sekarang mempersiapkan untuk seleksi
administrasinya dulu, saya akan mencoba mengingat lagi proses seleksi
setelahnya tahun lalu. Semangat ya mempersiapkannya, masih ada dua bulan untuk
bersiap diri. Semoga mendapat kabar gembira untuk mempersiapkan tahap
selanjutnya nanti. Saya pamit dulu, semangat!
Salam,
Adelia
Budiarto
selain dari LPDP, terkadang ada beasiswa full dari kampus yang dituju (yg pastinya lebih sedikit saingannya), salah satunya beasiswa full dari universitas di taiwan ataupun dari pemerintah taiwan, dapat dibaca link di bawah ini juga ya…
ReplyDeleteCara Mendapatkan Beasiswa di National Central University (NCU) Taiwan
Dokumen yang Dibutuhkan untuk Mendaftar ke NCU (Online)
Nggak Mahal Kok! Ini Rincian Biaya Hidup Mahasiswa di Taiwan
Cia cia ciaaa, check this one out too! *up*
Delete