December 31, 2011

2011: When Hardwork Paid Off

Good morning, world!

Today is December 31st of 2011. And it will be the last day of 2011. 
So many things happened in 365 days, time does fly so fast.

Now, I’m here, sitting in a chair, listening to my Blackberry’s playlist, and typing on my laptop. All the memories of 2011 playbacks in my mind.

I remember how I spent January to April with try-out and examinations. Every day dedicated for Ujian Nasional. Books, exam papers, studying until midnight, unstoppable prayers and hard work are all things I prepared for Junior High School final examination.

After all of the stressed and depressed time of UNAS, I spent May with holiday and quality time with my two years classmate of Acceleration 8th Generation SMP Negeri 1 Surabaya. We went to Bali, and after that, we are studying again. Because we knew if we would like to get into our goal-school, we should take ana additional test. SBI Test, Sekolah Berstandar Internasional, they claimed. We should maintain our score of the final exam and the test to get into the school.

The rest of May and June was full of intensive course with a tutor called Mas Harianto. We, I and my Axi8th classmates, have the course every single day. Tutor, try out, and the test itself. Finally, on 29th of June, I got accepted in SMA Negeri 5 Surabaya, my dream, and target for high school.

July was tiring and exciting. I finally wore gray skirts! Hahaha. Being a student in the best high school in town made me happy but also nervous, lol. All of the orientation program, the school culture itself, new friends (not really, most of my junior high school friends and seniors also accepted here), new seniors (for real, since I am an acceleration student back then, I always meet totally new seniors), and new environment pushed me to be adaptable. And I’m happy tho.

My high school having kind of different method to separate us in classes, we called it gen. Generasi. There are ten different generations, and I joined into…

AXILIMA! Which refer to Axi (Acceleration) and Lima (SMA Negeri 5 Surabaya). Here I am. After a long debate with myself, lol, I decided to join acceleration program. Again.

Yup. Adelia Yulma Budiarto has been a student of acceleration program in SMP Negeri 1 Surabaya and SMA Negeri 5 Surabaya. You can say that I finished school only four years while normally it takes six years. Watch out.

Is it good? Is it stressful? Let see the next stories. Hahaha.

The rest of the year, from August to December is all about me adapting my new school life. The school culture such as Perisai, Cereal, Cheerliar, Rendezvous, and the whole school gave me space to learn a lot. I joined a big committee for school birthday party, which formed in a concert. We made a huge concert party back then. It is my first trial to run in a committee for an event, since in Junior High School I can’t join any school board or organization because of acceleration program. While now I have the chances to be active but also still bear in mind if I do have a responsibility to finish school in two years, it just new challenges for me. And I know if, it is awesome.

Phew. So many things happen in my 2011. You’ve been an amazing year. There are many good and dark times to be remembered. Great. I do love my 2011! It reminds me if I can’t just let bad things get me down, but I gotta carry on. But if I lose, it just because makes me stronger.

For 2012, I do have lot of things to act! I should be more honest, stop lying to people, but importantly to my own self.  Should be a better person and stay out of drama and trouble. Make more friends, it is new environment. Leave the heartbreak and tears behind. Forgive those who hurt me. Forget those who left. Lol I bring feelings here. Also, should pray more because I realized I wouldn’t be here without Allah. Accept all things are the way they are because that is Allah’s plan. And do not forget, to be grateful for each little thing happened. Be grateful, Del.


Dear 2011, thank you for all the lessons.
Dear 2012, I’m ready, bring it on.


Adelia Budiarto.
SHARE:

November 17, 2011

Cerita: I Can't Live Without

Ini semua berawal waktu pelajaran komputer di laboratorium komputer. Gara-gara bapak gurunya gaada, aku milih duduk agak belakang. Yaudah aku internetan menghabiskan waktu. Dibelakangku, lagi ada Feli, Dewan, dan Christine yang daritadi sibuk ngopy ratusan film dari hardisknya Dewan ke laptopnya Christine, sambil sesekali Feli teriak-teriak "Oh god, ngganteng banget, he's so hot, so temptiiiiiiing".

Terus, mereka berdua ga berenti ngerayu2 Dewan biar ngebolehin bawa hardisknya pulang, nawar-nawarin ini itu, sampeeeee akhirnya, mereka nyerah ga berhasil, huh. Lalu, Feli ngomong,

"Oh guys, kita itu kaya gabisa hidup without musics, movies, and good connection internet, hahahaha"

Terus mereka debat2an lagi masalah film bagus sambil ngakak ngikik. Dan aku yang duduk didepannya cuma bisa ikut ketawa ketiwi sambil mikirin kalimatnya Feli tadi.

Kalo aku.... can't live without what ya?

Dimulai dari orang-orang yang tiap hari kutemui, yap, keluarga.
Saya masih 14 tahun, saya butuh mama, papa, mas, dan mbak, yang tiap harinya mewarnai hidup dengan segala perhatian, rasa kasih sayang, kejailan tanpa batas, dan segala pengalaman hidup mereka yang amat berguna bagiku. I have a supermom, greatest dad, handsome brother, and genius sister. I love them.

Saya butuh teman, terutama sahabat. Yap, dalam mengarungi 14 tahun hidup ini aku memiliki 2 orang sahabat, satu sahabat SD dan satu lagi sahabat SMP, yang sampai sekarang masih menjadi sahabatku. Alya, dia anak Bandung, cantik, perhatian puol, jaman-jaman alay dan jaman bebas tanpa tugas selama 2 tahun terakhir di SD kujalani bersama Alya Awalia Fikriyan. Fya, dia amat-sangat-jenius, cantik, pengertian, jayus, dan bener-bener bisa buat sharing segala macam maslaah, 2 tahun doing SMPku takjalani bareng Fya Widya Irawan. Ada asatu persamaan diantara mereka berdua, suaranya bagus-sekali, mengapa saya tidak tertular sih, lol.

Temaaaaaan, semua orang sebaya yang pernah kutemui selama 14 tahun hidupku ini adalah teman-teman berharga milikku. Oh man, I don’t know how I feel when I don’t have friends in my life, life will be so boring.

Ga cuma itu, aku butuh hal yang lebih kompleks, kayak agamaku, tujuan hidupku, cita-citaku, semuanya yang berhubungan dengan hidup itu terlalu rumit, huh. Sebetulnya, masih banyak segala macam hal yang kubutuhkan dalam hidup ini, mulai dari agamaku dan Tuhanku, segala prinsip hidup, orang-orang yang memberi coretan dalam hidupku, tempat aku berpijak, segala macam benda keperluanku, dan… tidak dapat disebutkan satu-satu.

Oke, aku sudah memiliki dan masih membutuhkan terlalu banyak hal dalam hidup ini, terlalu kompleks. Jadi, maaf Fel, kali ini aku tak sependapat denganmu, aku gabisa hidup dengan segitu mudahnya, gak se-simple itu.


Pic form Tumblr


Still thinking 'bout what I can't live without,
Adelia Budiarto
SHARE:

October 28, 2011

Cerita: Percakapan dengan Kakak

Percakapan di pagi hari,
Aku: mbak, aku masuk akselerasi loh
Mbak oca : wah selamat ya dek
Aku : tapi nggak aku ambil mbak…
Mbak oca: lho? Kenapa?
Aku : hmm, udah puas rasanya kemarin sudah aksel pas SMP. Dulu kan aku mau masuk aksel SMP untuk ngalahin kamu, udah lunas rasanya, gak perlu aksel di SMA deh
Mbak oca : maksudnya?
Aku : yaa kan gara2 kamu aksel, jarak kita dalam sekolah dari 6 tahun jadi 7 tahun, kan uda tak bikin normal lagi, makanya aku mau aksel pas SMP
Mbak oca : terus?
Aku : aduuh ya sekarang ndak usah, toh aku sudah buktiin kalo aku bisa aksel SMP, kamu gabisa, ini aku juga bisa aksel SMA, brati aku menang dong, HAHAHAHA
Mbak oca : gejeee, terus gak mau aksel beneran nih? Ntar jadi 5 tahun lo jarak kita
Aku : ah nggak deh, aku mau aktif pas SMA, mau seneng seneng juga, gamau terbawa emosi sesaat yang rasanya egois sekali kalo aku masuk SMA aksel cuma ingin mempercepat jadi 5 tahun
Mbak oca : sip, itu yang gak tak pikir waktu masuk aksel, cuma rasanya pingin sok yes aja sekolah 2 tahun, udah pinter kamu dek, semoga pilihannya tepat dan diberkahi
Aku : amin! Halah, gausah dramatisir, terima saja kekalahanmu hahaha, tak sekolah sek ya my lovely sister


*dalam benak seorang kakak*
aku terdiam, samar2 punggungnya semakin tak terlihat, dia memasuki gerbang abu abunya di SMALA. Adekku sudah dewasa, bisa memilih, bisa beragumen dan meyakinkan bahwa yang ia pilih benar, ternyata meski di jenjang yang berbeda, aku, dek dela dan mas tetap menganggap ada kompetisi pendidikan  di antara kita, hmm
Kamu benar benar hebat, dek !



***
Jadi, sebenernya tulisan ini milik kakak-ku (dia diam-diam suka membicarakan kehebatanku huahahahaha) tapi karena ada unsur diriku dalam ceritanya, aku merasa pantas buat nge-copy dan di post disini, Hahaha boleh dilihat-lihat blog kakak ku yang lebih produktif daripada blog ini haha.

Memang sih, pada akhirnya, setelah proses yang amat sangat panjang, aku memutuskan buat stay in acceleration class bersama 22 teman lainnya. Semoga pilihan ini tepat, dan bisa bertahan 2 tahun di Smala! See ya!

Dipenuhi ketidak-jelasan,
Adelia Budiarto
SHARE:

September 23, 2011

Waiting for That Day Coming

Sometimes I didn’t know where to go. I didn’t feel like myself nor did I know the things I liked. I needed a friend, a lover, a hand to hold, something to keep my world run. Searching, searching, searching all roads were a dead end. My world took a turn when I decided it was time for me. I gave up all hopes of the life I was living, gave up all I new existing, and took a leap to where I longed to be. 


I'm an average girl, and sometimes I wish I could be more than what I thought. As the days seem to go on endlessly, I wait the 'someday' I've always been promised. That 'someday' when things are supposed to be perfect... the 'someday' when I find my place in this unforgiving world.


--
Adelia Budiarto
SHARE:

August 10, 2011

Cerita: Menjadi Siswa SMA!

29 Juni 2011, pukul 20.40. Tiba-tiba ada pesan dari seorang sahabat,
‘Del, udah pengumuman’
Deg. Panas dingin saya bacanya. Bingung, takut, berharap, dan khawatir. Perlahan saya beranikan diri membuka halaman pengumuman di PPDB Surabaya. Klik.

Alhamdulillah. Nama saya tertulis di deretan nama siswa yang diterima di SMA Negeri 5 Surabaya. Sekolah yang sudah sejak lama namanya saya tulis di sebuah kertas yang menempel di dinding kamar saya. Sungguh senang hati dan jiwa ini ketika melihat usaha saya membuahkan hasil, terlebih lagi kebahagiaan saya melihat orang tua dan keluarga saya ikut senang dan bangga atas apa yang terjadi.

Terlihat berlebihan ya? Haha agak. Mungkin beberapa dari kalian yang sempat membaca beberapa cerita saya (yang sebenarnya juga tidak terlalu impactful buat kalian) merasa kalau saya dan keluarga saya terlalu fokus terhadap dunia akademis, iya kah? Saya sendiri juga merasakan hal yang sama to be honest hahaha. Sejak kecil saya dan kedua kakak saya memang dicuci otaknya bahwa mau seperti apapun, akademik tetap di nomor satukan. Sejak duduk di bangku taman kanak-kanak, saya sudah di-les-kan dengan guru privat. Jadi, ibu guru privat itu memberikan les untuk kedua kakakku yang sudah kelas 4 dan 6 SD, dan akhirnya, saya yang masih TK nol-kecil pun ikut juga (main) les privat sama ibu guru, ya belajar membaca menghitung, entahlah saya lupa. Orang tua saya berprinsip, jika mereka tidak bisa mengajarkan materi sekolah (mungkin ini yang dimaksut macam integral saat SMA nanti) lebih baik mereka bekerja keras supaya bisa membayar guru les untuk mengajari kami, sepadan. Dan akhirnya kedua orang tua saya me-les-kan kami bertiga sejak dini. Saya masih ingat jelas, Bu Erik yang mengajari saya dan kakak saya dari TK sampai lulus SD, dan Pak Slamet yang mengajari kami dari kelas 7 SMP sampai 12 SMA. Kedua guru privat itu sangat berdampak pada kami, dan nilai-nilai kami. Hahaha. Selain belajar, eh, sebenarnya kami sekeluarga ya jarang-jarang belajar, kami (lebih tepatnya saya) belajar ya waktu les privat saja, selebihnya saya juga main-main. Selain belajar, kami juga bermain dengan seimbang, belajar, bermain, olahraga, dan hobi lainnya secara seimbang.

Nah, keseimbangan itu akhirnya berbuah manis malam ini, tidak hanya membahagiakan untuk saya dan keluarga, namun juga teman-teman yang mendapatkan kabar bahagia. Kelas aksel saya yang penuh cerita itu pun, 20 dari 24 anaknya sudah mendapat sekolahan. Mbak-mas yang jadi teman seperjuangan kami pun juga mendapat kabar-kabar bahagia, mbak-mas SBI yang menjadi teman-teman saya bercandaan di lantai tiga atau di yahoo messenger (iya, ini masih jamannya y!m) juga membuahkan hasil yang membahagiakan. Untuk teman-teman yang masih harus berjuang di SMA Reguler, semangat ya! Untuk teman-teman seperjuangan saat MOS SMP yang masih punya satu tahun lagi untuk berusaha agar bisa berkreasi lebih, semangat juga ya!

Selamat dan tetap semangat, teman-teman! 
--
Adelia Budiarto
SHARE:

July 25, 2011

Surat Cinta dari Kakak

Hari ini, saya berulang-tahun ke-14 tahun.
Tahun lalu, di hari yang sama, kakak perempuan saya menulis surat untuk ulang tahun saya.
Saat itu, saya meneteskan air mata saat membacanya.
Sekarang, saya hanya ingin membagi perasaan haru dan bahagia itu.
Selamat membaca.


***

SELAMAT ULANG TAHUN KE-13,
Adelia Yulma Budiarto.


Satu-satunya adik kandung saya sekaligus yang mengakhiri status saya sebagai anak bungsu pada tahun 1997.
Jujur kala itu, saya sangat menikmati menjadi anak bontot dengan satu kakak laki-laki. Enak. Dimanja habis-habisan. Entah kenapa ketika itu mama mengabarkan bahwa saya akan punya adik. What? Males, tidak rela membagi kesenangan ini.

Saya sangat mendambakan adik laki-laki. Loh tetapi kok kamu yang keluar.
Siapa?
Yaaa kamuu,
KAMU,
dek dela.

Maafkan saya, yang dulu sangat tidak ingin punya adik. Saat akan memiliki adik, saya selalu berharap adik saya laki-laki.

Maafkan saya, yang membuat aktemu lama keluarnya.
Maafkan saya, kalau kamu merasa aneh dengan cerita masa lalu mengenai namamu.
Yaa, semua karena saya. Ketika itu saya dan satu kakak laki-lakimu membuat perjanjian. Apabila bayinya adalah laki-laki maka ia berhak memberi nama, begitu juga sebaliknya.
Saya (yang memang sangat berharap dan yakin bahwa adik saya akan berjenis kelamin laki-laki) belum punya target nama, kecuali satu ”nama tersebut harus mengandung kata DEA”
Mengapa?
Mudah sekali, karena saat itu saya amat sangat mengagumi Dea Ananda, itu loh penyanyi cilik yang lagi tren. Maaf, maaf, sepraktis itu saya memilih nama untukmu.
Dengan perjuangan keras, Akhirnya disepakati nama dea dibalik menjadi ade.
Lahirlah Adelia, adeknya osaliana. Maksa yah? Agak.
Yulma, Juli-Jumat. Ini juga maksa, hasil voting.
Budiarto, ini memang sudah dituliskan sejak lama.

Lahirnya dirimu awalnya membuat saya tidak senang, apalagi orang-orang mulai membandingkan saya denganmu.

Saya sering heran,
Mengapa kamu, dan mas ido tinggi, sedangkan saya tidak.
Mengapa kamu dan mas ido tampaknya kurus, namun saya gemuk.
Mengapa hidungmu seperti orang pakistan, mas ido seperti orang arab, namun saya? Waktu kecil saya harus berusaha habis2an memenceti hidung setiap malam agar hidung saya tampak mancung
Mengapa kamu dan mas ido sering dibilang mirip mama, sedangkan saya mirip papa.
Mengapa kamu dan mama memiliki andeng-andeng di atas alis sebelah kiri, sedangkan saya di kanan
Mengapa bentuk wajahmu mirip mama, saya tidak.
Mengapa saya yang terlihat tampak paling beda di antara tiga, meskipun sebenarnyajuga sering tampak mirip.


Saya sering iri,
Mengapa kamu sering dibelikan barbie, sedangkan saya cukup boneka kertas.
Mengapa baju-bajumu lebih sering bermerk dari saya.
Mengapa tampaknya kau dimanja, ya.
Mengapa mama papa lebih sering memujimu ketimbang saya.
Mengapa saya harus menunggu lama dibelikan handphone bagus, namun kamu butuh sekejap mendapatkan handphone yang kamu minta.


Saya sering egois dan marah-marah,
Saya selalu menyebut kamar di sebelah kamar mas ido adalah kamar SAYA dan kamu hanya menumpang.
Saya sering mengusirmu dari kamar SAYA.
Saya sering mempengaruhimu untuk memilih barang yang lebih jelek dengan sok sok bilang itu bagus, ketika kita disuruh memilih di antara 2 barang.
Saya selalu marah ketika kamu menyentuh kumpulan novel saya.
Saya sering memarahimu padahal sebenarnya saya yang salah.
Saya suka marah ketika kamu menyentuh laptop saya tanpa ijin, membuka diary, handphone dan sebagainya.


Saya usil,
Sering menginginkanmu menangis,
Sering menggoda dan tidak berhenti bila kamu belum menangis,
Sering menyembunyikan barangmu hingga kamu menangis,
Sering merusakkan barangmu dan akhirnya kamu pun menangis.


Maafkan saya (lagi),
Saya dulu sering mengatakan kamu dulu anak nemu-lah, bukan anak mama-lah, jujur, saya guyon
Saya suka menjitak kepalamu,
Saya suka mengejek gambarmu, meskipun teradang memang jelek parah
Saya selalu menganggap kamu masih lebih kecil dariku, sampai sampai saya salah memilih kaos untukmu. Kukira ukuranmu M, namun ternyata saya masih kurang menyadari kalau kamu sudah tambah besar

Namun, tahukah kamu?

Saya selalu bingung dan khawatir,
Saya sering bingung, memilih kado apa yang cocok untukmu, adikku.
Saya tak ingin memberi sembarangan, saya ingin kamu menerima apa yang saya beri dengan wajah senang.
Saya sering bingung, mencarikan metode-metode pengajaran yang pas, entah itu pelajaran biasa maupun tentang kehidupan
Saya khawatir setiap melihatmu keluar rumah, namun ketika bukan untuk bersekolah
Saya khawatir saat kamu da gerombolan bocah SMP berkeliaran di mall tanpa penjagaan.
Saya khawatir ketika kamu butuh saya, kamu tidak dapat menemui saya, atau bahkan saya tidak cukup menjadi kakak-teman-sahabat yang baik untukmu
Jujur, saya benar-benar sering khawatir.

Saya lega,
Saat tahu kalau cuma saya (tampaknya) yang asma, dan kamu sehat-sehat saja
Ditambah lagi...
Melihat kamu juga suka menari, dan kamu berbakat,
Melihat kamu berprestasi,
Melihat kamu masuk kelas akselerasi, dan tampaknya kamu senang,
Melihat kamu tumbuh dewasa dengan segala yang berkecukupan,
Melihat kamu banyak teman,
Melihat kamu rajin,
Melihat kamu tidak mudah putus asa,
Melihat kamu selalu bangun sebelum subuh, ini membuktikan kamu senang belajar
Apa sih yang harus kuragukan dari semua kemampuanmu?

Saya sering mengucap terima kasih dalam hati,
Atas datangmu hingga saya tak lagi manja,
Atas kehadiranmu yang mengajarkan banyak hal tentag keindahan berbagi,
Atas senyummu setiap saat,
Atas pertanyaan-pertanyaan anehmu yang membuat saya kelabakan mencari jawaban,
Atas bantuanmu ketika saya selalu lupa kalau menaruh barang
Atas kesediaanmu menyuguhkan minuman,
Atas semuamuamuamuanya..

Saya akui,
Kamu hebat, nduk !
Ehem, namanya juga Adelia, adiknya osaliana.. kita meper, nduk.. :p

Heyyy Adikku yang paling mbetik sedunia...
Saya sudah banyak berbicara hingga capek mau ngetik apa..
Kamu..
Kamu,,

Sudah mengerti apa belum, sih?
Saya sungguh sangat menyayangimu.

Hari ini, 25 juli 2010.
Selamat Ulang Tahun yang ke-13.
Semoga jadi anak yang solihah,,
Semoga berbakti pada orang tua, sekolah, dan Indonesia..
Semoga apa yang kamu cita citakan, inginkan tercapai..
Semoga tambah cantik, imut, tinggi? Upsssst!
Semoga selalu dimudahkan..
Semoga berkah


With love,

The worst older sister in the world,
Osaliana Budiarto.

***


Terima kasih, Mba Ocha.
Della.
SHARE:

June 16, 2011

Cerita: SMP Negeri 1 Surabaya, Selesai.

Dua tahun sudah saya lalui suka dan duka bersama teman-teman di SMP Negeri 1 Surabaya. Satu-satunya sekolah menengah pertama yang berada di tengah komplek SMA di pusat Kota Surabaya, yang berwarna hijau pupus, yang menyimpan berbagai cerita. Dua tahun ini setiap hari saya harus berangkat pagi-pagi bersama teman-teman satu antar jemput dari selatan menuju ke pusat kota, setiap hari saya membawa tas berisikan buku dan tugas yang diberikan, setiap hari saya harus naik turun dari lantai satu ke lantai tiga karena kelas kami berada di pojok lantai tiga, setiap hari dalam dua tahun ini, saya bertemu dengan orang-orang yang sama yang mengisi hari-hari saya.

Terlebih lagi, karena saya tergabung menjadi siswa program akselerasi, saya bersama dua puluh tiga teman lainnya, bertemu setiap hari menjalani proses bersama-sama di kelas SBI-Akselerasi angkatan ke-8 SMP Negeri 1 Surabaya. Masih ingat di kepala saya bagaimana kita mengikuti proses tes akselerasi, bagaimana kita pertama kali masuk ke ruang kelas yang baru, bagaimana kita berkenalan satu per satu berusaha menciptakan suasana yang nyaman untuk dua tahun ke depan, bagaimana kita belajar, mengerjakan tugas, bercanda, membersihkan kelas, memenangi lomba, sampai membohongi guru dan dimarahi guru-guru. Dan juga, bagaimana kompetitifnya kalian dalam urusan akademis. Sungguh, Adelia lelah melihat urutan ranking teratas yang sangat sulit ditembus hahahaha.

Sampai akhirnya, bulan lalu kita sudah melalui ujian nasional, ujian sekolah, dan ujian akhir sbi. Dan hari ini, keluar juga hasil nilai Ujian Nasional SMP Tahun 2011. YAY! Saya lulus! Namun, nilai saya tidak bagus-bagus amat. Jelek malah hahahahahahaha. Ini tertawaan dicampur kesedihan, teman. Saya juga melihat wajah-wajah bahagia dan raut muka kesedihan di antara kalian pagi hari ini. Apapun angka yang tertulis dalam lembar hasil unas kalian hari ini, saya yakin, ada tekad yang penuh semangat di masing-masing diri kalian untuk menggapai impian kalian.

Ya, saya juga. Keinginan saya untuk menjadi siswa SMA Negeri 5 Surabaya masih membara. Meskipun hasil nilai unas yang hanya segini, saya masih yakin bahwa diri saya bisa melalui tes masuk SMA RSBI beberapa minggu lagi. Saya masih punya waktu untuk intensif belajar demi mendapatkan bangku di sekolah impian. Dan kalian, juga sama. Jangan mudah menyerah ya kawan, namun jika nantinya bukan yang kamu inginkan yang terwujud, percayalah itu keputusan terbaik dari Allah untuk kamu.

Tetap dijaga semangatnya, teman-teman seperjuangan. Kudoakan yang terbaik untuk masing-masing dari kalian. Semangat!


-- 
Adelia Budiarto
SHARE:

February 15, 2011

This Is How It Works

This is how it works

You're young until you're not.
You love until you don't.
You try until you can't.
You laugh until you cry.
You cry until you laugh.
And everyone must breathe
Until their dying breathe.

No, this is how it works.
Your peer inside your self.
You take the things you like.
Then you try to love the things you took,
And then you take that love you made,
And you stick it into someone else's heart.



p.s. piece of  'on the radio' lyric 
SHARE:
Blogger Template Created by pipdig