September 29, 2012

Cerita: SMA, Capek.

Bangun pagi, mandi, sholat, makan, jam 6.15 udah di sekolah, sekolah sampai jam 3, belum kalau ada les GO, habis sekolah lanjut les, sampai jam setengah 8 baru pulang, balik ke kos, dan belum lagi kalau minggu-minggu ulangan, baru pulang jam setengah 8 harus lanjut belajar buat ulangan besok. Sudah. Setiap harinya rutinitas selalu sama. Berangkat pagi, pulang malam. Sabtu dan Minggu baru bisa di rumah, itu pun ditemani segedabrek tugas. Hari-hari lain dihabiskan di kos. Sudah sedemikian rupa, saya mencoba menata waktu, menata agar aktivitas saya efektif. Dan memang ya ini, diatur pun, memang kenyataannya haru seperti ini, harus berlelah-lelahan setiap malamnya.

Malam ini, harusnya nonton pre-competition concert psgs, tapi karena tiket student udah ludes, ditambah badan gaenak, yasudah mari bermalam minggu di kamar. Dan sekarang ini, saya capek. Ya capek dengan rutinitas ini, tapi ya gimana lagi, memang harus gini kan. Inhale exhale. Tapi saya sadar kok, kalau ini semua ada ujungnya kan, hanya ada dua kemungkinan dari semua ini, antara kepuasan atau kekecewaan. Dan siapa pun juga, saya tidak terkecuali, karena saya ingin dan sudah kecemplung di situasi ini, saya akan memilih mendapatkan kepuasan di akhir. Tapi memang saya siapa? Kok seenaknya milih ini itu? Hanya Allah yang akan menentukan, tapi kita bisa berusaha mewujudkan yang kita harapkan.

Hanya dua hal, berdoa dan berusaha. Itu sudah menjadi wejangan setiap orang sepertinya. Termasuk saya. Saya juga ingin segala kerja keras ini worth it. Ada hasilnya. Memang proses lebih baik dari hasil, tapi ketika kamu bisa mendapatkan hasil terbaik dari prosesmu itu, kenapa tidak? Saya juga berusaha, dan saya sadar kalau saya tidak sendiri. Saya punya teman, anak sekelas saya juga ada yang merasakan hal yang sama, mbak-mas kelas 12 juga pasti, para siswa-siswi akhir sma, pasti juga melakukan hal yang sama. Banyak ternyata yang sama dengan saya. Dan orang yang paling dekat dengan segala kelelahan ini, teman sekelas saya, Anggun Tera Rahmasari. Pagi-pagi bangun, berangkat sekolah jalan bareng dari kos, sampe selesai les jam setengah 8 malam pun kita nyebrang jalan bareng, sampai di kos dengan selamat. Apalagi kita cuma 2 tahun di sma, sekarang aja materinya baru belajar turunan padahal yang lain udah mau habis haha. Pasti dia juga pernah merasakan capek-capekan seperti saya, tapi setiap pagi kita harus sekolah lagi kan? Dan biar sekolah itu ga sia-sia, kita harus membuka semangat baru setiap harinya kan?

Kita (saya dan siapapun yang merasa senasib) pasti lelah, memang capek. Tapi ya gamau kan semuanya berakhir dengan penyesalan? Siapa sihyang mau. Sudah tau kalau penyesalan selalu datang di akhir, penyesalan karena gagal mencapai hal yang selama ini diharapkan. Dan penyesalan itu ga mungkin dateng gitu aja, mungkin karena kurang usaha sebelumnya, mungkin kurang berdoa, entahlah. Tapi, saya gamu ikut menyesal nantinya. Sekarang aja sudah menyesal kenapa dulu saat kelas sepuluh, ga bener-bener ngerti matematika, sampai akhirnya sekarang lupa semua persamaan kuadrat. Saya gamau menyesal lebih jauh. Karena saat saya menulis ini, saya belum pada tahap menyesal, saya dalam tahap menyadari, menyadari bahwa saya kurang disana-sini, menyadari bahwa saya masih bisa memperbaiki keadaan ini, menyadari bahwa ada keluarga dan teman yang mendukung untuk mencapai cita-cita, menyadari bahwa saya ingin menjadi mahasiswi di jurusan dan kampus yang sudah saya impikan, maka saya masih harus banyak berusaha. Dan berdoa.

Baiklah, saya sadar, kalau saya, saya masih bisa. Saya sadar, bahwa saya tidak mau menyesal nantinya.

Bismillahirrahmanirrahim.


--
Adelia Budiarto
SHARE:
Blogger Template Created by pipdig