May 22, 2017

Seratus Dua Puluh Lembar-ku dalam Lima Bulan


Ternyata, menulis itu susah. Apalagi menulis skripsi. Hahahaha. 

Tapi sungguh, kagum sekali diri ini pada penulis-penulis di dunia ini. Baik yang tulisannya ada di media cetak seperti koran, majalah, apalagi buku, pun yang ada di media online seperti blog (yang rajin ditulis), berita, dan jurnal. Hebat sekali untuk bisa konsisten dan berhasil menyampaikan ide dan gagasannya dalam sebuah tulisan.


Saya saja yang hanya menulis seratus halaman skripsi.. rasanya udah tidak karuan. Hahahaha. Yang sebenarnya bikin mixed feelings atas skripsi ini adalah deadline dan alokasi waktu. Saya harus mengambil semester delapan untuk menyelesaikan skripsi ini. Iya nih, saya ga jadi tiga setengah tahun, karena selain peraturan jurusan yang membuat kami tidak bisa selesai di semester tujuh, juga karena masih ada kesibukan lain. Meskipun sudah tidak ada mata kuliah lain, masih ada fokus-fokus lain yang harus saya selesaikan di akhir 2016 dan awal tahun 2017 ini. Mulai dari menyelasikan tanggung jawab di Beswan Djarum, YLI National Wave 8, Guk Yuk Sidoarjo, beberapa kompetisi lain, merintis Lingkar Sinergi, dan juga yang paling menyita waktu: magang di BP Indonesia.

SHARE:

May 18, 2017

Jetlag


Penerbangan dari New York ke Indonesia saat itu memakan waktu hampir satu hari. Perjalanan lima belas jam dari John F. Kennedy Airport menuju ke Narita, dilanjut tujuh jam dari Tokyo ke Jakarta. Yap, dua puluh dua jam perjalanan di atas udara. Belum ditambah waktu transit dan segala urusan di bandara. Lama. Butuh waktu lama. 

Itu adalah perjalanku pulang dari Amerika Serikat dua tahun lalu. Setelah mengikuti konferensi dan kompetisi selama tiga minggu di negeri Paman Sam, akhirnya aku dan tim pulang. Perjalanan pulang waktu itu merupakan akumulasi segalanya. Senang sudah bisa mengijakan kaki ke negara baru, lega telah menyelesaikan tugas delegasi kampus, sedih kegiatan yang telah dipersiapkan setengah tahun belakangan ini berakhir, dan juga lelah setelah tiga minggu beradaptasi dengan lingkungan baru, udara dingin, suhu minus sekian derajat, pakaian-pakaian tebal, dan pergi kesana kemari membawa rentetan koper besar kami. Perjalanan dua puluh dua jam di atas pesawat bahkan membuat kami mendapatkan hidangan makanan tiga kali dari maskapai. Menit demi menit kami habiskan dengan makan, menonton film yang ada, dan tidur. Kami manfaatkan waktu itu sebaik-baiknya untuk istirahat agar bisa kembali fit setelah sampai nanti. Mengingat ketika kami sampai Indonesia, sudah ada kelas-kelas yang menunggu.
SHARE:
Blogger Template Created by pipdig