April 25, 2015

Cerita: Kakak Saya Akhirnya Menikah

Terakhir kali saya menulis tentang keluarga saya di sini, saya ceritakan bagaimana hecticnya mengurus sebuah resepsi pernikahan hanya dengan campur tangan tiga orang saja. Tapi toh, kami berhasil menyelesaikannya dengan sempurna. Hahaha. Lalu, tiba-tiba saya bingung banget di sini ketika saat itu kedua kakak saya tiba-tiba saling bertunangan. Iya lho, dua-duanya, dalam dua bulan berturut-turut. Ini fenomena apasih.

Kakak laki-laki saya, Mas Ido, sudah menjalin hubungan dengan pacarnya sekitar lima tahun. Mulai dari mahasiswa baru sampai sudah jadi pegawai. Mulai tiap hari kuliah bareng sampai sekarang ldr karena pekerjaan. Mulai tiap malem minggu ngapel sampai akhirnya saat peringatan hari jadian mereka yang kelima kemarin, saya jadi tumbal buat beli hadiah, bunga, dan kasih surprise ke Mba Endah, karena Mas Ido di Jakarta. Kenapa saya yang jadi korban ya.. ini fenomena apalagi sih.

Sampai akhirnya bulan Mei lalu, Mas saya berani untuk maju satu langkah ke depan, sebuah pertunangan. Apasih ya kaya lamaran gitu. Setelah pertemuan demi pertemuan sembari makan malam antara dua keluarga, hari itu, 19 Mei 2014, kami sekeluarga dan rombongan datang ke rumah Mba Endah. Lengkap dengan segala bawaan untuk melamar anak orang, berakhirlah acara siang itu dengan cincin palladium di jari mereka. Yap. Kakak laki-laki saya yang biasa jadi teman adu kekuatan (read: berantem) udah berani ngelamar anak orang aja.

Lalu, kakak perempuan saya, Mba Ocha, sudah menjalin hubungan dengan pacarnya setahun belakangan ini. Cinta lokasi saat menyelesaikan studi S2nya di FTTM ITB. Lucu sih, dia yang harus ldr dengan pacarnya di Surabaya akhirnya tidak kuat, lalu putus. Eh di sana, Mas Singgih ini, seniornya yang dikenalkan teman saat cari kos-kosan di Bandung juga baru putus. Dengan modal mengajari dan membantu si junior survive, jadilah mereka menjalin sebuah hubungan. Luar biasa. Saya kok ga kecipratan yang kaya gini sih.. Kenapa..

Setelah sekitar setahun bersama-sama di Bandung, Mas Singgih dan keluarga pun berani mendatangi rumah kami di Surabaya. Mulai dari liburan, kenalan, sampai terjadi omongan-omongan penting di antara kami. Setelah Mba Ocha lulus S2, Mas Singgih yang sudah lulus enam bulan sebelumnya pun sudah mendapatkan pekerjaan yang settle (sangat settle menurut saya), dan Mba Ocha pun sudah mendapatkan kontrak pekerjaan yang settle (amat sangat settle untuk mereka berdua #HailOilAndGas), mereka memutuskan untuk maju ke tahap yang lebih serius. Singkat cerita, 7 Juni 2014, Mas Singgih sekeluarga dari Solo datang ke rumah saya, lengkap dengan segala seserahan, melamar kakak perempuan saya.

Kata orang, jarak antara lamaran ke pernikahan ga boleh terlalu jauh. Mereka membuat bar satu tahun. Jadi paling tidak, ketika ngelamar anak orang sekarang, tahun depan maksimal udah dinikahin. Hahaha.

Mba Ocha dan Mas Singgih beserta keluarga sudah merencanakan untuk melakukan akad nikah akhir Agustus 2014. Saya dan ayah saya sudah memesan gedungnya juga. Fyi, Mba Ocha adalah anak kedua, Mas ido merupakan yang tertua di antara kami. Namun karena Mas Ido laki-laki (Ya iya lah) jadi boleh gitu kalau Mba Ocha mendahuluinya dalam pernikahan. Mas Ido juga terima-terima saja, karena plan dia menikah ya memang belum dekat-dekat ini. Yang ga boleh kalau saya nikah duluan, ngelewatin Mas Ido, ngedahuluin Mba Ocha lagi yang sama-sama perempuan, hehehe.

Iya, lagian ga mungkin saya nikah duluan. Makasih.


Lalu, beberapa hal dipertimbangkan kembali. Karena Mba Ocha yang baru mendapatkan pekerjaan harus mengikuti program management training selama tiga bulan, yang mengharuskan dia dari akhir Juni sampai September berada di Balikpapan. Dia ga bisa pulang untuk menikah dong Agustus nanti. Ditambah Mas Singgih yang harus mengikuti development program di UK selama dua bulan, bikin khawatir mau ditinggal ke benua seberang.

Sehingga akhirnya, pernikahan mereka dipercepat. Lamaran tanggal 7 Juni menuju akad akhir Agustus dipercepat menjadi akad tanggal 22 Juni 2014. Iya, dipercepatnya maju tiga bulan. Yap, di hari Minggu itu, akhirnya kakak perempuan saya satu-satunya resmi menikah dengan laki-laki pilihannya.

Senang, dan juga sendu.
Hahaha.

Namun, hari itu hanya akad nikahnya saja. Resepsi pernikahannya setelah Mas Singgih kembali dan usai Lebaran, yaitu tanggal 20 September 2014. Mengingat keadaan Mba Ocha probation di Balikpapan dan Mas Singgih training di UK dan on/off Jakarta-Papua, jadilah kami yang harus mempersiapkan resepsi pernikahan tersebut. Kami adalah Mama, Papa, dan Della. HAHAHA.

Pengajian, akad nikah, dan resepsi kami persiapkan sebaik-baiknya. Kedua mempelai itu hanya ikut campur saat fitting baju. Sudah. Lainnya kami yang urus. Agak ngeselin sih. Huahaha. Tapi dari sini saya belajar banyak tentang persiapan pernikahan (?) hahaha relate ke persiapan seperti gedung, dekorasi, catering, undangan, souvenir, sampai hal-hal detail selama malam resepsi itu berlangsung. Lumayan, nyicil belajar buat nikahan sendiri (?). Wkwkwk.

Jadilah hari-hari bahagia itu berlangsung.
Pagi dimana Mas Singgih mengucapkan kalimat ijab qabul untung memperistri kakak saya.
Dan malam dimana mereka berdiri berdampingan menyalami banyaknya tamu yang datang untuk memberikan ucapan selamat.

Kakak perempuan saya,
Telah menikah.
Alhamdulillah.



Sebagai seorang adik perempuan yang ditinggalkan, ternyata ini semua belum berhenti.
Bulan depan, gentian, kakak laki-laki saya yang akan mengucapkan ijab qabulnya.

Iya, Mei besok, Mas Ido akan menikahi Mba Endah.

Satu per satu,
Mereka mengambil satu langkah maju dalam hidupnya,
Pelan-pelan,
Saya ditinggalkan sendiri di rumah.
Selamat ya, Mbak Mas,
Adikmu ikut bahagia.


Video pernikahan Mba Ocha bisa dilihat disini  

Adik kalian berdua,
Adelia Budiarto.
SHARE:

5 comments

Blogger Template Created by pipdig