November 8, 2012

Cerita: Kami Terpisah

Senin, 5 November 2012,

Seperti biasa, aku memulai hari dengan berangkat sekolah. Ya, seperti biasanya, bangun pagi, bersiap, dan pergi menuntut ilmu. Kedua kakakku juga melakukan hal yang sama, pergi untuk menuntut ilmu dan mencari pengalaman hidup. Tapi, perbedaannya untuk pagi ini, aku, Mbak Oca, Mas Ido, memulai hari di tiga tempat yang berbeda. Ya, kami terpisah.

Sebelumnya, kami juga pernah berpisah, tapi paling kami cuma terpisah antara rumah dan  kos-kosan, atau sedang berlibur, atau dimana lah, tapi untuk waktu yang singkat. Dan kali ini, kami bertiga tepisah lagi, memang bukan pertama kalinya, tapi sepertinya dalam kurun waktu yang cukup lama.

Sekarang, kamu, Mbak Oca, yang pergi meninggalkan rumah duluan dan hijrah ke bandung, benar-benar sendirian. Melihatmu yang dulunya sama sekali tidak ingin masuk FK, lalu memilih untuk masuk Statistika ITS, hidup bersama angka-angka dan ketidakpastian itu, tiba-tiba dengan kemampuanmu kamu bisa menerima beasiswa S2 TM ITB oleh TOTAL E&P. Kamu kira aku tidak kaget? Bisa-bisanya pindah jurusan dari MIPA ke perminyakan? Namun aku tidak pernah ragu dengan semua kemampuanmu, Mbak. Aku ingat bagaimana kamu sudah pernah frustasi karena namamu dicoret dari beasiswa Fast-Track padahal kamu sudah sebulan mengikuti perkuliahan S2-nya, aku masih ingat semuanya, bagaimana perjuanganmu, bagaimana kamu, yang tak pernah putus asa.

Lalu, kamu, Mas Ido, apa kabar kamu sekarang? Kamu yang setiap sore kerjaannya basket di kompleks, menang basket dimana-mana, masak mau pertama kali training kerja kamu malah sakit. Gimana sih kok lemah? Sampai Papa harus mengantarkanmu yang sudah begitu besar ke sana. Huft. Namun aku bangga sekali denganmu, Mas. Aku masih ingat bagaimana galaunya kamu waktu mau berangkat umroh karena ada wawancara BRI yang posisinya udah kamu incar, yang km gagal di tes awal sebelumnya dan ketika gelombang kedua, kamu peringkat teratas tes awal, namun karena niat kita berangkat umroh kamu jadi merelakan kesempatan itu. Namun memang semua ada di tangan Allah. Sampai-sampai suatu siang sebelum sholat jumat di Masjidil Haram, ada telepon dari BRI pusat yang menawarkanmu wawancara susulan-bisanya sebelum sholat jumat di tanah haram, dari pusat bri jakarta telfon, dan akhirnya kamu bisa ikut wawancara susulan. Namun ya, semua memang kembali ke takdir Allah, pada akhirnya dari semua proses itu, kamu berhenti karena gagal tes kesehatan. Aku juga ingat, betapa frustasinya kamu ketika tahu gagal tes kesehatan, padahal pikirku hanya kamu satu-satunya orang paling sehat di rumah. Kamu aja yang rajin olahraga gagal, lah aku kepikiran gimana aku nanti hahahaha. Dan aku juga ingat, bagaimana kamu sedihnya bicara padaku "Dek, mau seberapa pinternya hebatnya kamu, kalau kamu gagal tes kesehatan, buat apa? Kamu lo sakit." dan kamu berhari-hari terdiam tidak bisa diajak bicara. Namun, kamu membuktikan semua itu tidak benar, kan? Ya kamu aja sih mau tes kesehatan malah makan gulai, yakali, Mas, tolong. Dan saat ini, kamu sudah mengikuti OJT salah satu Kontraktor BUMN terbesar di Indonesia. Well, good luck, Mas.

Mungkin rasanya terlalu berlebihan, cuma kepisah Jakarta-Bandung-Surabaya aja segitunya. Tapi gimana ya. Kita memang terlalu dekat, ya gak sih, Mbak Mas? Tiap hari ketemu, ngapa-ngapain bareng, lucu-lucuan, ketawa ketawa, pukul-pukulan, tendang-tendangan, dan kalian ga akan pernah puas ngejailin aku, sampai akhirnya aku nangis. It always happen, every single day. Dan sekarang, kita semakin menjauh, kalian uda mulai mau kerja, sedangkan aku? Masih usaha mati-matian cari universtitas. Aku gatau lagi nanti kalo kalian sudah menikah, bakal kaya gimana? Gabisa dong ngasih upil lagi ke kalian? Ngahahaha.

But, this is life, we have to keep moving forward. And yea, we often insane with happiness. And we are also very unhappy for reasons neither of us can do anything about, like being separated. But I knew this separation will bring new things for us, it will grow us. Well, keep up the good work, Mbak Mas!


Sincerely,

The worst little sister ever,
Adelia Budiarto
SHARE:
Blogger Template Created by pipdig