April 29, 2016

Belajar: Tujuan Hidup

“Terakhir, dari apa yang telah kamu lakukan, apa yang sedang kamu lalui, dan apa yang akan kamu tuju, sebenarnya apa yang kamu mau, Dek? Apasih yang kamu cari? Apa semuanya berkaitan?”
“Sederhana namun tidak mengada-ada, saya hanya ingin terus belajar, mencari tahu lebih banyak hal, dan terus memperbaiki diri” 
Dia diam sejenak.
“Dek, jawaban kamu itu lho, terlalu klise, jawabanmu itu jawaban pageant banget.” 
Katanya sambil mengernyitkan dahi.
Ha?


Dan saya terdiam sesaat. Itu respon macam apa, pikirku. Aku menjawab dengan baik dan benar, rasaku. Tidak ada yang salah atas niat baikku itu. Apa mungkin cara bicaraku yang membuat mereka merasa apa yang kukatakan hanya buaian? Apa tatap mataku yang kurang menunjukkan keseriusan? Apa sih, yang salah?

Kalimat itu yang dilontarkan oleh seorang senior seketika setelah saya menjawab pertanyaannya di sebuah sesi wawancara akhir dalam sebuah proses kegiatan. Jujur, saya kaget. Saya tidak merasa ada kesalahan dari jawaban saya saat itu. Jika dibaca saja tanpa diartikan, jawaban saya terlihat baik. Dan bahkan jika dimaknai, maka jawaban saya juga merupakan sebuah niat baik. Namun, mereka yang ada dihadapan saya, menganggap bahwa jawaban ini hanyalah bak jawaban sebuah kontes kecantikan. Mereka anggap, jawaban ini hanya buaian, hanya sekedar formalitas, bahkan hanya sebuah usaha saya untuk terlihat baik di antara mereka. Jujur, saya marah. Hati dan otak saya bertanya-tanya, bagaimana bisa mereka meremehkan saya seperti itu. Saya tidak bisa menjawab responnya lagi saat meremehkan jawaban saya, entah karena terlalu kagetnya saya, karena tidak terimanya saya, atau karena sebagian dari ucapannya, mungkin, bisa halnya menjadi benar.

Seusai proses tersebut, pertanyaan itu terus menghantui saya. Pertanyaan-pertanyaan mengenai tujuan, visi, dan niat berputar dalam pikiran saya. Berperang dan berkecamuk. Kata teman baik saya, seseorang yang tidak tahu tujuannya sendiri akan kehilangan arah. Setiap orang yang melakukan perjalanan akan bertemu pada titik tertentu. Dan kali ini saya berada di titik saya, saya berpikir keras, saya mencari tahu banyak hal, dan saya tersadar, bahwa belakangan ini, saya terlalu terpusat dengan diri saya sendiri. Saya mempertanyakan kembali, eksistensi saya selama ini apakah sudah bermanfaat bagi orang di sekitar saya? Apakah saya membuat mereka bertambah bahagia, apakah sudah saya membantu mereka, atau justru mereka terganggu dengan keberadaan saya?

Ya, memang pencapaian hidup ini tidak bisa diukur hanya dari pandangan orang lain, tapi juga tidak bisa diukur hanya dari mata kita sendiri. Saya sudah banyak menuliskan pencapaian, keinginan, dan tujuan saya dari hasil pemikiran saya sendiri. Tepat seperti apa yang kita pelajari dulu saat pelajaran ilmu pengetahuan sosial, bahwa memang manusia adalah makhluk sosial. Bahwa manusia membutuhkan manusia lain untuk menyeimbangkan dirinya. Manusia membutuhkan manusia lain untuk tumbuh. Dan, manusia membutuhkan manusia lainnya untuk berbagi.

Nanti, jika pertanyaan itu muncul lagi, dengan tegas dan tenang saya bisa menjelaskan. Bahwa, dari apa yang telah saya jalani, dari apa yang sedang saya lalui sekarang, dan apa yang saya rencanakan kedepan, tetap, saya melakukan semua ini untuk terus belajar. Semakin banyak yang saya lalui, semakin sadar pula bahwa banyak yang jauh lebih baik dari saya. Dengan segala proses ini, saya semakin banyak belajar, saya semakin banyak tahu, saya semakin jauh dari rasa puas diri, saya semakin bersungguh-sungguh dalam berusaha, saya semakin menghargai banyak hal, saya semakin mudah merasa bersyukur, dan saya semakin bersemangat untuk memperbaiki diri. Dan dari itu semua, saya ingin terus belajar dan berbagi, tidak hanya sebagai formalitas untuk menyeimbangkan diri, namun karena pada hakikatnya belajar dan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain merupakan kewajiban manusia.

--
Tulisan ini hanya adalah proses pencarian saya, jadi jika kamu diluar sana memiliki pendapat, kritik, atau masukan, mari berdiskusi. Karena mungkin hal di atas juga yang banyak dirasakan oleh kamu dan orang-orang di luar sana. Saat-saat dimana kita menyadari bahwa apa-apa yang dilakukan selama ini belum sepenuhnya memberi dampak bagi lingkungan sekitar. Karena sesungguhnya kebahagiaan itu bukan tentang seberapa banyak kekayaan yang kita miliki, bukan tentang berapa banyak gelar yang kita peroleh, bukan tentang betapa mengkilap mobil yang kita naiki. Tapi, sejatinya kebahagiaan adalah dari hati, dan datangnya dari bagaimana kita bisa memaknai apa-apa yang kita lakukan setiap harinya untuk sesama.

Selamat mencari tujuan-mu dan terus belajar!


--
Adelia Budiarto
SHARE:

2 comments

  1. Hallo Adel, saya sudah membaca beberapa post kamu, keren sekali del. Menurutmu apakah hal hal yg kita lakukan melulu harus berkaitan dengan tujuan hidup?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Anonim! Terima kasih sebelumnya ya ^^

      I thought yes. Simply tujuan manusia hidup di dunia, menurut agama saya adalah untuk beribadah. Dari tujuan yang luas seperti itu harusnya kita bisa memaknai bahwa hal-hal yang kita lakukan setiap harinya sebaiknya relate dengan tujuan hidup kita. Kalau buat saya, masak mau terombang-ambing saja tanpa visi? Enjoy boleh, tapi harus punya goal! ^^

      Delete

Blogger Template Created by pipdig