December 31, 2015

2015: The Farthest Version of Myself

Hai,
Selamat sore.

Tahun lalu, di postingan ini saya merasa telah mencoba banyak hal baru. Mulai dari ikut Himpunan, turun ke banyak kepanitiaan, ikut seleksi delegasi kampus, menginjakkan kaki di negeri Paman Sam. Sampai mencoba memulai sebuah hubungan. Tahun lalu saya berproses, saya menerima kegagalan, mencoba berdamai dengan keadaan, dan bangkit lebih tinggi. Dan tahun ini, ternyata saya telah mencoba lebih banyak hal baru. Tidak hanya berdamai dengan keadaan, tapi saya memperbaiki keadaan dan berusaha menjadi jauh lebih baik.

Di sini lagi, di penghujung tahun. Lagi-lagi, seperti kebiasaan, saya ingin menuliskan hal-hal yang telah saya lalui. Yang nantinya bisa menjadi cerminan diri saya untuk melihat ke belakang.


Kali ini keadaan malam akhir tahun saya cukup berbeda. Tidak seperti postingan empat tahun ke belakang dimana saya selalu tidur-tiduran sendiri di kamar menghabiskan malam tahun baru. Yang saya selalu klaim sebagai
quality time. Sore ini, saya ingin menulis dahulu, sebelum nanti malam rumah saya akan dijajah beberapa orang yang ingin menghabiskan malam tahun barunya bersama.

Mengingat ke awal tahun ini, saya dihadapkan dengan beberapa tanggung jawab yang harus diselesaikan.

Himpunan Mahasiswa Akuntansi
Saya dan teman-teman junior di Himpunan menyelesaikan tanggung jawab kami selama setahun sampai terselenggaranya Musyawarah Mahasiswa. Selepas laporan pertanggung jawaban, kami menutup periode ini dengan liburan akhir bersama HMA Unair 2014. Lalu, dimulailah Pemilihan untuk Ketua Himpunan tahun 2015. Setelahnya, terbentuklah Himpunan kami yang baru dengan angkatan saya, angkatan 2013, yang menjabat. Saya pun didapuk menjadi Kepala Divisi untuk Humas Eksternal. Tanggung jawab baru lagi, bersama teman-teman, dan juga junior yang menjadi staff kami. Yap. Banyak hal-hal baru tentang saya, teman-teman, dan himpunan ini. Two years of ups and downs within the organization, thank you, Home!

Farewell activity with the gang :"

HNMUN 2015
Terkait keikutsertaan saya menjadi delegasi dari kampus untuk kegiatan internasional, di awal tahun ini saya dan tim berangkat. Februari lalu, kami, Official Representatives of Universitas Airlangga for Harvard National Model United Nations 2015 went abroad. Ini perjalanan terjauh saya. USA, bro! Hahaha. Dengan membawa nama kampus dan bangsa, kami berusaha sebaik mungkin. Kami menjalani hari-hari paling baru dan menantang. Meskipun akhirnya kami belum berhasil membawa palu itu pulang. Till the next time ya, MUN and USA.

Some hug we left in DC

DJARUM Beasiswa Plus
Selanjutnya, beasiswa. Sebelumnya beasiswa cenderung untuk orang yang (maaf) kurang mampu dalam segi biaya sehingga membutuhkan bantuan dana untuk pendidikan. Saya bukan mencari beasiswa yang demikian. Saya bukannya berlebih, namun keluarga saya berkecukupan untuk membiayai pendidikan saya. Beasiswa yang saya cari adalah yang menawarkan exposure untuk berkembang. Iya, juga ada tambahan dana buat uang jajan. Hahaha. Saya mencoba mendaftar beasiswa dari Astra, Astra 1st, namun gagal di tahap akhir saat user interview. Saya mencoba mendaftar beasiswa Bank Indonesia, namun prosesnya tertutup, entah mengapa tidak mudah mengakses segala informasi dan proses tentangnya. Dan saya mencoba mendaftar beasiswa Djarum, dan disinilah rezeki saya. Saya menjadi penerima Djarum Beasiswa Plus 2015/16. Mungkin akan saya tuliskan lebih jauh tentang Beswan Djaru nantinya. Yang pasti, saya merasa sangat bersyukur. Beasiswa ini jauh dari kata eksklusif, penerimanya banyak, namun justru itu poin intinya. Keberagaman, nasionalisme, kebersamaan, kata-kata yang biasanya hanya dijadikan media promosi atau hanya sebatas saya dengar dan lihat, kali ini saya rasakan. Baru satu programnya, Nation Building, program ini menawarkan saya hal yang nyata untuk berkembang. Semoga program dan kegiatan kedepannya tidak lepas dari nilai-nilai mengembangkan potensi diri. To the next development activities, Beswan Djarum!


Nation Building Beswan Djarum 2015

Guk Yuk Sidoarjo
Hal baru, yang teramat baru dan bahkan belum pernah saya tuliskan di buku catatan target dan mimpi yang ingin saya raih, akhirnya saya coba di penghujung tahun ini. Saya mengikuti pemilihan Duta Wisata Guk dan Yuk Sidoarjo 2015. Iya, Duta Wisata. Hahaha. Hal ini dimulai dari perasaan ragu dan pertanyaan-pertanyaan dari dalam diri mengenai, apakah saya telah berbuat hal baik untuk orang lain? Apakah saya sudah memberi kontribusi? Bahkan ke lingkup terkecil saya? Apakah saya sudah cukup kompeten dalam berbagai hal? Entahlah, insecurity does kill me. Tapi itu poinnya, tanpa mengurangi ingatan saya untuk terus bersyukur dengan hal-hal yang saya miliki dan saya capai, saya tidak boleh berhenti. Dengan pemikiran-pemikiran tersebut, saya memiliki niat baik untuk mencoba berkontribusi ke lingkungan saya, daerah saya sendiri. Dan itu semua tidak mudah, kawan. Hahaha. Prosesnya panjang dan melelahkan. Namun Alhamdulillah, saya diberi kesempatan dan kepercayaan untuk menjadi Wakil 1 Yuk Sidoarjo. I’m officially a local tourism ambassador, watch out the next stories!

Hal-hal baru aja tiba-tiba kaya gini (?) haha
Ah ya!
Kakak laki-laki saya, Mas Ido, akhrinya menikah juga. Meninggalkan saya. Hahaha. Membuat saya merasa harus melanjutkan cerita ini. Nanti, ya.



Terakhir, biarkan saya membicarakan tentang perasaan di penghujung tulisan ini. Hahaha. Tahun lalu, saya mengatakan bahwa telah berani mencoba maju satu langkah dalam urusan perasaan. Saya berada dalam sebuah hubungan. Namun, ternyata tidak semudah itu untuk saling mengusahakan satu sama lain. Saya jadi paham kenapa pacaran dilarang di Islam, karena ya banyakan mudharatnya daripada maslahatnya. Rasa memiliki seseorang dalam sementara waktu di sebuah hubungan itu sih yang saya rasa salah. Hal-hal yang dipegang teguh kadang kalah dengan sebuah klaim ‘pacaran’. Jadi “kamu milik saya”. Apa banget saya pikir-pikir. Belum lagi, ternyata saya memang susah diajak kompromi. Hahaha. Saya rasa, dia lebih banyak berusaha dibanding saya. Saya merasa kami tidak cukup seimbang untuk saling membangun hubungan ini. Entahlah, yang jelas, saya gagal.

Setelah kegagalan saya yang pertama dalam sebuah hubungan, saya merasa lebih menutup diri. Entahlah, saya jadi kurang nyaman dengan sebuah sistem ‘pendekatan’ yang dulunya saya puja-puja. Karena dalam proses pendekatan itu lah, hal-hal menjadi sangat baik, dan semuanya menyenangkan. Tapi kali ini tidak lagi. Saya sedang ingin sendiri. Saya sedang lebih nyaan sendiri. Entah sampai kapan. Yang pasti, saya mencoba bersikap professional. Dengan berakhirnya hubungan saya pertengahan tahun lalu, saya justru merasa jauh lebih maju. Punya waktu lebih banyak dengan teman-teman, IPK yang empat bulat, beasiswa dan pemilihan yang saya dapat. Saya memiliki waktu lebih banyak untuk mengeksplor diri saya. Ketimbang ‘mbulet’ dalam sebuah romansa anak muda. Dan yap, saya lebih nyaman begini.


Allah mematahkan hatimu untuk menyelamatkanmu dari orang yang salah”.

Allah sudah sangat baik kepada saya. Saya yang seharusnya jadi lebih baik pada-Nya. Lebih mendekatkan diri, memperbanyak amalan sholeh, dan menjadikan-Nya sebagai tempat untuk pulang, bukan manusia lainnya.

Dan, di sinilah saya.
Sore ini, sembari menunggu temant-teman Beswan Djarum 31 Surabaya yang akan menghabiskan malam tahun barunya di rumah saya, saya mengingatkan diri untuk terus bersyukur.

Bersyukur akan apa yang telah diberikan-Nya.
Bersyukur akan kedendak-Nya.
Bersyukur saya sudah bisa berjalan lebih jauh, berpikir lebih dalam, dan belajar lebih banyak.

Selamat tinggal, 2015.



Adelia Budiarto.
SHARE:

No comments

Post a Comment

Blogger Template Created by pipdig